Berbicara mengenai dunia maritim adalah hal yang menarik. Mengingat Indonesia termasuk negara kepulauan terbesar di dunia. Program Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas yang menggelar Seminar Nasional Kemaritiman di Aula Prof Syukur Abdullah FISIP Unhas, Selasa (12/12).
Seminar ini dimulai Pukul 08.00 WITA dan dihadiri beberapa pembicara yang ahli di bidangnya. Diantaranya Dr. Taruna Mulya (perwakilan Kementerian Kelautan), Prof. Dr. Kausar Bailusy (Guru Besar FISIP unhas), serta mahasiswa S1 dan S2 yang memaparkan tentang penelitiannya mengenai kemaritiman.
Dalam pemaparannya, Taruna menjelaskan bagaimana kondisi kemaritiman yang ada di Indonesia saat ini. Banyak potensi yang dapat dimanfaatkan baik itu sumber daya laut, perikanan maupun sebagai ikon pariwisata.
“Kita punya 37% dari spesias ikan dunia,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga merupakan negara pengekspor utama benih lobster ke negera-negara industri lobster di dunia.
Selanjutnya, Taruna juga memaparkan ironi dan tantangan yang dihadapi oleh negara kepulauan. Salah satunya yaitu mayoritas nelayan di Indonesia adalah nelayan kecil, disebabkan kurangnya fasilitas yang dimiliki.
Tantangan yang harus dihadapi selanjutnya adalah tingginya biaya logistik dan mutu ikan yang relatif rendah.
Lebih lanjut mengenai kebijakan Budaya Maritim yang lemah dipaparkan oleh Guru besar Fisip Unhas, Prof Kausar Bailusy.
“Yang lemah disini yang saya perhitungkan adalah bagaimana masyarakat maritim itu dibudidayakan, dibudidayakan masyarakatnya, bukan ikannya agar dapat memangsa ikan setiap hari,” ujarnya.
Selain pembicara diatas, 3 orang mahasiswa turut memaparkan hasil penelitiannya. Penelitian tersebut mengenai kehidupan atau realita yang dihadapi masyarakat nelayan selama ini.
Menurut salah satu panitia seminar, Kafrawy kegiatan ini bertujuan untuk mempublikasikan hasil temuan dari mahasiwa dan untuk memberikan pembelajaran tentang maritim kepada masyarakat.
Tema yang diangkat dalam seminar yaitu “Pembangunan Maritim Inklusif: Refleksi Terhadap Kebijakan Poros Maritim” didalamnya membahas masalah dan solusi kemaritiman di Indonesia.
Kafrawy berharap masyarakat dapat sadar tentang pengamalan materi kemaritiman ini. “Artinya bagaimana kita dapat menumbuhkan kembali kesadaran bagi generasi sekarang dan yang akan datang,” jelasnya.
Reporter: Mutmainnah