Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman (AAS), memberikan komentar terkait program food estate dalam sesi tanya jawab Dialog Kebangsaan di Auditorium Prof A Amiruddin, Selasa (20/2). Ia ditanya oleh mahasiswa Unhas terkait gagalnya program tersebut.
Menurutnya, apa yang diberitakan di media selama ini terkait gagalnya program strategis nasional tersebut merupakan narasi yang kurang sesuai dan cenderung dilebih-lebihkan. Narasi itu disebutnya menjadi komoditas politik yang menyesatkan masyarakat. Ia kemudian mengaku kecewa atas narasi semacam itu.
“Ini yang dibesar-besarkan adalah beritanya, tapi kenyataan lapangan tidak begitu. Hanya 600 hektar disana yang kami kelolah dari 7,4 juta hektar lahan pertanian, yang berarti itu hanya 0,008%. Ini cuma dijadikan komoditas politik,” katanya.
AAS kemudian menegaskan bahwa dalam pembangunan food estate tersebut telah dilakukan percobaan menanam jagung dan ubi untuk melihat tanaman yang tumbuh lebih subur. Lalu kemudian ditemukan bahwa jagung tumbuh subur dengan sangat baik.
“Jagungnya itu kami cek apakah bisa tumbuh dengan baik, ternyata tumbuh subur dengan luar biasa. Kemudian kami juga tanam ubi. Kalau jagung bisa tumbuh, ubi juga pasti bisa. Kenapa singkong diganti? Singkong dan jagung itu sama saja, pupuknya sama, kebutuhannya sama,” jawabnya.
Dialog Kebangsaan pada Selasa dihadiri juga oleh ketua Yayasan Arsari, Hashim Djojohadikusumo. Pada kesempatan itu, ia memberikan materi terkait politik, dunia usaha, dan filantropi.
Andi Nurul Istiqamah Bate