Saya bersama kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas Peduli Anak Yatim dan Fakir Miskin bernisiatif melakukan kegiatan sosial di Dusun Pattalassang, Desa Tabbinjai, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa. Sasaran kegiatan ini memang diperuntukkan ke pelosok daerah mengingat aksi sosial kami harus betul-betul tepat sasaran.
Tidak dapat dipungkiri Kabupaten Gowa memiliki banyak daerah yang tidak mudah didatangi, area pegunungan, baik akses jalanan yang sulit dilewati atau kondisi ekonomi yang minim. Topografi menuju Pattalasang sebagian besar dataran tinggi dan akses jalan pun sempit, berkelok-kelok.
Kami mendapat kabar dari salah satu teman mengenai kondisi daerah tersebut. Sangat prihatin dan tergerak hati kami ketika mendengar kondisi jempatan di Pattalasang terputus akibat banjir yang menimpah Gowa dan sekitarnya, yang disebabkan jebolnya Bendungan Bili-bili beberapa tahun lalu. Warga pun mengandalkan jempatan gantung yang hanya bisa dilalui motor saja. Ini yang mendorong dan membuat kami penasaran ke lokasi ini.
Dengan sepuluh sepeda motor, lengkap boncengannya kami menuju Pattalasang dari Makkassar, waktu yang ditempuh sekitar 4 sampai 5 jam. Kami pun tiba di posko kegiatan sekitar pukul 17:45 Wita, Kami disambut Kepala Dusun Pattalasang, Nasir, selama di daerah ini, kami melaksanakan tiga kegiatan yakni aksi mengajar di masjid Al-Mujahidin dan masjid Al-Ikhlas. Kemudian pembersihan dan pengecatan masjid.
Terakhir kami melakukan pembersihan di sekitar area selokan bersama warga. Hal yang paling membuat nyali teruji ketika menempuh lokasi masjid. Di mana masjid Al-Mujahidin dari posko ada sekitar satu kilometer dan kami harus melewati jalanan menanjak, becek, dan sempit.
Saat sudah selesai di masjid pertama, kami berangkat lagi menuju masjid Al-Ikhlas, yang berjarak sekitar dua kilometer dengan kondisi jalan menanjak dan berkelok-kelok. Jadi, bisa dibayangkan betapa ngos-ngosannya kami setiap hari pergi ke dua masjid tersebut. Bahkan ada beberapa kawan mengalami insiden saat pulang dari masjid menuju posko karena kondisi jalanan memang sangat licin dan berlubang.
Tentunya rasa lelah, putus asa karena frustasi melewati jalanan itu setiap hari. Namun, hal ini bisa tertutupi saat melihat semangat teman-teman semuanya bergejolak ketika memandangi puluhan anak-anak, orang tua yang menyambut kami dengan suka cita. Ditambah ketika melintasi setiap rumah warga, kami disapa dengan senyum.
Semangat dan antusias anak-anak, kami rasakan saat melakukan aksi mengajar di dua masjid tersebut. Ada sekitar 15 anak di masjid Al-Mujahidin dan sekitar 35 anak di masjid Al-Ikhlas. Sangat salut dengan mereka, dengan kondisi memprihatinkan terkait kondisi jalanan, faktor ekonomi, dan sebagainya. Tetapi anak-anak tersebut mempunyai mimpi besar dengan selalu semangat, tersenyum menjalani kehidupan.
Tak terasa, tiga hari telah berlalu, kini tibalah hari terakhir. Malam yang terasa panjang kami semua berkumpul di ruang keluarga merasakan ketentraman, kesedihan, kebahagiaan, dan pada intinya perasaan kami bercampur aduk. Kepala dusun sebagai perwakilan warga turut menyampaikan pesan dan kesannya.
“Jangan ki berkegiatan lagi di sini kalau tidak cukup sebulan.” Ucapan yang bermakna dalam di mana warga masih berharap ada kegiatan seterusnya di Pattalassang.
Penulis Johan merupakan mahasiswa Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Unhas,
angkatan 2016.