Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengembangkan inovasi kesehatan gigi berupa Smart Dental Laser Scaler berbasis Computer Vision (CV). Program berlangsung sejak Juli hingga September di tiga laboratorium Unhas, yaitu Laboratorium Elektronika dan Divais Departemen Teknik Elektro, Laboratorium UBICOM Departemen Teknik Informatika Fakultas Teknik. Serta Laboratorium Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi, Kamis (18/09).
Tim yang beranggotakan Excelcia Keysia, Nurwahida, Ahmad Khuzami Mallibureng, dan Nabiyl Ahmad Fawzy M. ini didampingi oleh dosen pendamping, drg Nursyamsi MKes.
Mereka mulai program dengan studi literatur mengenai penyakit periodontal, teknologi laser, suction, serta computer vision. Dari hasil kajian tersebut, tim merancang desain teknis prototipe dan kini telah masuk tahap perakitan perangkat. Fase tersebut menggunakan hardware berupa Jetson Nano, kamera endoskop, laser, suction, serta sistem pendingin yang diintegrasikan dengan algoritma CNN untuk analisis visual secara real time.
Program lahir dari keprihatinan terhadap keterbatasan teknologi scaling gigi yang masih menimbulkan rasa cemas, takut, dan ngilu bagi pasien. Smart Dental Laser Scaler diharap menjadi solusi lebih aman karena mampu mengurangi suara bising dan risiko perdarahan dibandingkan ultrasonic scaler.
Produk ini kemudian diuji pada phantom mulut untuk menilai efektivitas dan keamanannya. Setelah itu dilakukan evaluasi agar sesuai dengan tujuan awal. “Kami juga aktif mempublikasikan progres melalui Instagram dan TikTok sebagai bentuk diseminasi program,” ujar Keysia saat diwawancarai, Kamis (18/09).
Melalui program, tim menghadirkan tiga fokus utama, yaitu menciptakan perangkat scaling gigi lebih nyaman bagi pasien. Kemudian, menghadirkan teknologi aman untuk tenaga medis, serta membuka peluang penelitian lanjutan di bidang kedokteran gigi.
Di akhir kesempatan Kerysia berharap Smart Dental Laser Scaler dapat terus dikembangkan hingga tahap hilirisasi sehingga dapat digunakan secara nyata di klinik maupun rumah sakit gigi. “Kami ingin inovasi ini bisa dipatenkan dan dipasarkan, sehingga menjadi kontribusi nyata bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi di Indonesia,” tutup Keysia
Devlin Arvael Mardianto
