Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan inovasi riset dalam bidang kesehatan. Temuan tersebut memanfaatkan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai model penelitian untuk menguji efektivitas teh hijau sebagai alternatif terapi kecanduan alkohol atau Alcohol Use Disorder (AUD).
Tim yang berasal dari Fakultas Farmasi Unhas ini diketuai oleh Julrycola Sitepu dan beranggotakan beberapa mahasiswa lainnya di bawah bimbingan dosen Fakultas Farmasi. Penelitian ini memperoleh pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemendikbudristek melalui skema Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2025, yang berlangsung selama empat bulan, sejak Juli hingga Oktober di Laboratorium Farmasi Unhas.
Dalam penelitiannya, tim mencoba menelaah potensi senyawa katekin pada teh hijau, khususnya epigallocatechin gallate (EGCG). Senyawa ini diketahui berperan dalam mengaktifkan gen Sirt yang mengatur metabolisme dan perilaku adiktif.
Menariknya, alih-alih menggunakan hewan coba seperti tikus, tim ini memilih lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai model uji. Pilihan ini dinilai lebih efisien dari segi waktu, biaya, serta tidak memerlukan izin etik hewan, namun tetap relevan karena memiliki kemiripan genetik hingga 75 persen dengan manusia. Sehingga lalat ini menunjukkan perilaku yang menyerupai respon manusia terhadap alkohol.
“Bagi kami, penelitian ini bukan hanya tentang teh hijau atau lalat buah, tetapi tentang cara baru memahami kecanduan alkohol melalui pendekatan yang sederhana dan efisien,” ujar ketua tim, Julrycola Sitepu, Sabtu (12/10).
Dalam riset ini, lalat buah diberi pakan yang mengandung alkohol hingga menunjukkan tanda-tanda kecanduan, kemudian diberi perlakuan dengan ekstrak teh hijau. Hasil uji menunjukkan bahwa lalat yang diberi ekstrak teh hijau mengalami penurunan ketertarikan terhadap alkohol serta peningkatan daya tahan hidup.
Melalui penelitian ini, tim berharap hasil yang diperoleh dapat menjadi langkah awal dalam pengembangan terapi komplementer berbasis bahan alam. Upaya tersebut diharapkan mampu membuka jalan bagi pendekatan pengobatan yang lebih aman, efektif, dan minim efek samping bagi penderita AUD di masa mendatang.
Mutia Aulia
