Setiap orang memiliki mimpi dan tujuan masing-masing dalam menjalani hidup. Namun, terkadang kehidupan atau realitas terlalu tega terhadap mimpi-mimpi yang telah kita bangun.
Mitos atau fakta, mimpi yang terkubur hanya akan terpendam lalu bangkit kembali saat kita menua. Terkadang, hal tersebut seringkali berujung pada sebuah penyesalan. Begitulah kira-kira cerita dalam novel Timun Jelita karya Raditya Dika.
Novel ini menceritakan sosok pria bernama Timun, seorang akuntan freelance berusia 40 tahun yang kembali menggeluti hobi lamanya, yaitu bermain musik. Ia bermimpi untuk membentuk sebuah band di saat usianya yang tidak lagi muda.
Selain karena gitar tua peninggalan ayahnya, lagu “Sadar Sendiri” yang pernah ia ciptakan menjadi dorongan bagi Timun untuk mengejar ambisi masa mudanya itu.
Akan tetapi, Timun menghadapi tantangan besar dalam mencari teman band bervisi sama dengan dirinya, mengingat usianya yang sudah berkepala empat. Upaya mencari rekan itu hampir punah, hingga akhirnya Timun teringat sosok sepupunya, Jelita.
Jelita merupakan seorang mahasiswa yang sempat merasa dikhianati dan ditinggalkan oleh teman-teman band sebelumnya saat sedang merintis. Hal ini menciptakan trauma tersendiri bagi dirinya dan ragu untuk kembali terlibat dalam dunia musik.
Perjalanan Timun dan Jelita membentuk sebuah band bukanlah hal yang mudah. Hal ini diperparah dengan luka mendalam Jelita dengan dunia band membuatnya enggan untuk langsung mengiyakan permintaan sepupunya itu.
Krisis kepercayaan Jelita akibat pengalaman pahit terdahulu membuatnya kesulitan untuk yakin bahwa kali ini semuanya akan berjalan berbeda. Meskipun demikian, berkat kegigihan Timun dalam mencari vokalis, akhirnya ia berhasil membujuk Jelita dan bersedia untuk bergabung dengannya.
Mereka berdua akhirnya membentuk duo band yang sederhana, namun memiliki semangat dan harapan yang besar.
Sang penulis, Raditya Dika berhasil menyajikan cerita dengan nuansa komedi yang segar dan menghibur pada novel ini. Cerita Timun Jelita mengundang tawa pembaca dengan kejadian-kejadian lucu dan karakter-karakter unik khas Radit.
Setelah 6 tahun tidak menerbitkan buku, Radit juga mewujudkan band fiksi Timun Jelita yang ada di dalam novel ini bersama dengan Mutiara Amadea. Salah satu lagu mereka yang berjudul “Jika Bersamamu” telah meraih lebih dari 2 juta pendengar pada platform Spotify.
Walaupun tema cerita ini berfokus pada perjalanan hidup seorang pria paruh baya, Radit tetap sukses menghadirkan nuansa yang ringan dan menyenangkan. Humor-humor yang disisipkan di dalam novel juga berhasil mengocok perut para pembaca.
Meskipun alur cerita terasa agak cepat dan tidak terlalu mendalam, namun novel dengan 168 halaman ini tetap menghibur pembacanya dengan penggunaan bahasa yang sederhana, sehingga mudah dipahami oleh berbagai jenis kalangan.
Kehadiran Putri, istri Timun dalam cerita ini juga menambah sentuhan emosional. Saat sang karakter utama mulai putus asa dalam mencari rekan band yang sevisi, ia menjadi penopang dan terus memberikan dukungan penuh kepada sang suami.
Sosok Putri mengajarkan kita bahwa dukungan dari orang terdekat bisa menjadi kekuatan terbesar bagi seseorang. Ia juga menjadi contoh nyata bahwa memiliki pasangan yang mendukung sangat penting dalam menghadapi setiap hambatan dalam hidup.
Dalam buku ini, pembaca diajarkan pentingnya sikap jujur dalam berkarya, terutama dalam aspek bagaimana cara mengekspresikan diri dengan tulus dan tidak takut untuk menunjukkan sisi asli dari diri kita.
Selain itu, penekanan pesan terkait pentingnya saling mendukung antar satu sama lain dalam perjalanan mencapai tujuan juga terselip pada novel ini karena kekuatan kolaborasi dan kerja sama seringkali menjadi kunci kesuksesan.
Novel komedi yang telah terjual lebih dari 10.000 eksemplar ini juga memberikan pembelajaran bahwa umur bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. Meskipun tantangan mungkin datang seiring bertambahnya usia, semangat untuk mengejar impian tetap bisa menyala, asalkan kita tidak menyerah dan terus berusaha.
Kisah Timun dan Jelita membuktikan bahwa tak ada kata terlambat untuk mewujudkan impian, selama kita memiliki keberanian dan tekad untuk terus berjuang.
Ismail Basri
