Setelah berhasil menarik lebih dari 520.000 penonton dengan film Uang Panai’ pada 2016, Finisia Production (sebelumnya dikenal sebagai Makkita Cinema Production) kembali dengan sekuelnya berjudul sama, Uang Panai 2: Maha(r)l. Film produksi lokal sineas Kota Makassar ini melanjutkan tema pernikahan dan tradisi uang panai’ khas Suku Bugis-Makassar, namun kali ini dengan cerita yang lebih segar dan menggelitik.
Disutradarai oleh Ihdar Nur, Uang Panai 2 menceritakan tentang perjuangan seorang pria untuk mengumpulkan mahar guna menikahi wanita yang dicintainya. Jika film pertama lebih fokus pada perjuangan pribadi mengumpulkan sejumlah uang, sekuel kali ini memperluas cakupannya dengan menampilkan dinamika sosial yang lebih kompleks, seperti persaingan antara dua keluarga, tekanan sosial, dan perubahan zaman yang mempengaruhi tradisi.
Cerita berpusat pada Iccang, seorang manajer pemasaran yang diperankan oleh Rendi Yusa Ali. Iccang telah menjalin hubungan selama tujuh tahun dengan kekasihnya, Icha, yang diperankan oleh Dini Arishandy. Icha berasal dari keluarga terpandang dan berprofesi sebagai dokter yang memiliki sebuah klinik.
Merasa sudah waktunya, Iccang memberanikan diri untuk bertemu dengan kedua orang tua Icha dengan maksud menyampaikan niatnya untuk melamar. Belum selesai memperkenalkan diri, Iccang sudah dipatahkan semangatnya oleh Ibu dari Icha yang menceritakan bahwa anak dari temannya dinikahi dengan mahar 200 juta.
Meski hampir putus asa karena kondisi keluarganya yang tidak mendukung, Iccang berinisiatif untuk meminta bantuan dengan mendatangi sebuah perusahaan, PT Pattumbu. Di sana, ia bertemu dengan Tumming dan Abu. Setelah sukses mempersatukan Ancha (Ikram Noer) dan Risna (Nurfadillah) di film pertama Uang Panai’ sebelumnya, Tumming dan Abu memutuskan untuk membuka PT Pattumbu yang dikhususkan untuk membantu pasangan-pasangan yang menghadapi kendala mahar (uang panai) yang sangat mahal.
Setelah berkonsultasi, Tumming dan Abu sepakat untuk membantu Iccang mengumpulkan uang panai, termasuk menjual motor kesayangan milik Iccang dan barang-barang mewah lainnya. Namun, tantangan baru muncul ketika ibu Icha tidak setuju dengan Iccang dan berusaha menjodohkan Icha dengan pria lain yang lebih mapan.
Uang Panai’ 2 mengajak penonton untuk mengikuti kisah perjuangan Iccang yang harus menghadapi tantangan dari keluarga Icha yang menuntut mahar besar dan berusaha menjodohkannya dengan pria lain yang dirasa lebih pantas. Film ini sekaligus melihat bagaimana Tumming dan Abu berupaya mempertahankan perusahaan mereka yang baru didirikan. Akankah mereka berhasil membantu pasangan-pasangan muda zaman sekarang mengatasi masalah mereka?
Sajian komedi yang kembali disuguhkan dalam Uang Panai 2: Maha(r)l memang patut di acungi jempol. Pasalnya, sekue ini mampu menyajikan lelucon-lelucon yang tidak hanya mengocok perut, tetapi juga menyindir berbagai fenomena sosial soal pernikahan di Bugis-Makassar.
Kehadiran Tumming dan Abu kembali memerankan duo kocak dengan chemistry yang natural. Dialog-dialog mereka seringkali diwarnai dengan humor sarkastik yang tetap relevan dengan situasi sehari-hari, membuat penonton tidak hanya tertawa, tetapi juga berpikir. Komedi dalam film ini tidak hanya mengandalkan lelucon fisik atau dialog yang nyeleneh.
Di balik komedinya yang menghibur, Uang Panai 2: Maha(r)l juga menyisipkan pesan-pesan sosial yang cukup mendalam. Film ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya komunikasi yang terbuka dalam sebuah hubungan, serta perlunya menemukan keseimbangan antara memenuhi harapan orang tua dan mengejar kebahagiaan pribadi.
Tayang pada 8 Agustus lalu, film ini kembali berhasil menghadirkan potret yang cukup akurat tentang budaya Bugis, khususnya tradisi uang panai. Melalui karakter-karakter yang beragam, kita diajak untuk memahami makna dan implikasi dari tradisi ini dalam konteks masyarakat modern. Selain itu, film ini juga menyoroti bagaimana nilai-nilai tradisional dapat berbenturan dengan gaya hidup masyarakat urban yang semakin individualistis.
Film ini menjadi salah satu tayangan yang dinanti sebab mengobati rasa rindu akan kisah romantis terhalang tradisi yang tayang delapan tahun lalu. Tentunya film ini juga bisa menjadi penyemangat bagi sobat iden yang sudah hampir putus asa ditengah jalan karena permasalahan uang panai!
Afifah Khairunnisa