Film adalah media komunikasi berupa audio visual yang berfungsi sebagai hiburan dan edukasi. Media satu ini dapat dikatakan sebagai alat komunikasi yang sangat kaya akan bahasa karena dapat mewakili pesan seorang sutradara.
Seperti yang kita ketahui bersama, maksud atau pesan dari bahasa verbal akan mudah ditangkap oleh penonton, tapi tidak dengan non verbal. Oleh karenanya, sebuah film membutuhkan pisau ilmu untuk menganalisis tanda bahasa atau lambang visual.
Ilmu yang digunakan untuk menganalisis makna atau lambang dalam sebuah film dikenal dengan istilah semiotik. Ilmu semiotik ini memandang bahwa manusia dapat menelusuri makna dari komunikasi yang sedang berlangsung melalui sistem tanda, yaitu hubungan antar tanda dan acuannya. Semiotika memberi kesempatan yang lebih besar dalam mengkaji makna karena menyediakan ruang psikologi dan sosial di dalamnya.
Dengan menggunakan ilmu semiotika, Nurul Ichsani dalam bukunya yang berjudul The Lady (Film, Ideologi, dan Kebudayaan) berhasil mengungkapkan makna-makna tersirat film biografi tentang Aung Sang Suu Kyi, tokoh politik Burma. Film yang bercerita mengenai still-dire human rights situation ini menyajikan cerita tentang kisah puteri Jenderal Burma Aung Sang sebagai tokoh politik.
Fokus utama film The Lady berada di Burma yang merupakan tanah jajahan Inggris hingga perang dunia II. Film garapan Lec Besson sebagai sutradara dan Brenda Frayn selaku penulis skenario ini lahir dari ‘Rahim Barat’. Dalam film tersebut, Aung Sang Suu Kyi sebagai pemeran utama menjadi pusaran power of strunggel for freedom, democracy and human rights yang tengah berkembang dalam pergolakan tirani politik.
Hal yang menggetarkan dalam perjuangan Aung San Suu Kyi yakni dimulai saat tuntutan keras dari demonstrasi pro-demokrasi sejak 8 Agustus 1988, yang dikenal dengan 8888 uprising. Uprising ini kemudian disusul dengan rally massa oleh Aung San Suu Kyi yang mengumpulkan satu juta orang di Shewdagon Pagoda dalam melakukan propaganda pemerintahan.
Nurul Ichsani berhasil mengantarkan pembaca menemukan gambaran bagaimana ideologi Barat dileburkan dalam film Thel Lady. Aung San Suu Kyi diiklankan sebagai film tentang seorang perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan di Burma. Hal itu terlihat pada halaman 21 yang tertulis, meskipun dalam publikasi film The Lady, Aung San Suu Kyi digambarkan sebagai sosok yang menghidupkan perjuangan Burma, tapi kenyataannya secara komprehensif menampilkan figur Michael Aris suami Aung San Suu Kyi yang berkebangsaan Inggris, sebagai sosok dibalik layar membangun pondasi dan pilar perjuangan demokrasi Burma.
Sosok Michael Aris secara implisit menekankan bahwa perjuangan demokrasi Burma dicapai berkat usaha-usaha dari luar Negara Burma, khususnya keterlibatan Eropa. Di mana Michael Aris merupakan methapor bangsa Eropa.
Selain itu, dengan teliti penulis dapat mengungkapan makna-makna tersirat dalam film The Lady. Seperti tampilnya bendera Inggris dan British Embassy. Penggunaan senjata yang sering dimunculkan dalam film merupakan simbol ancaman untuk menakut- nakuti dan bersifat memaksa. Untuk membantu pembaca mengingat bagian film yang dimaksud, penulis tidak lupa menampilakn scene shoot di setiap pembahasan simbol yang dimaksud.
Sampul dari buku ini berhasil menyita banyak perhatian karena dikemas dengan indah. Tapi sangat disayangkan tatak letak dari naskahnya terkesan memaksakan untuk menjadikan buku ini tebal. Terlalu banyak ruang kosong hampir di setiap halaman.
Irmalasari
Data Buku
Judul Buku : The Lady, Film, Ideologi, dan Tirani
Penulis : Nurul Ichsani
Tahun Terbit : 2020
Penerbit : UPT. Unhas Press
Tebal : 97 Halaman