Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menandatangani memorandum of understanding (MoU) di Lantai 8 Gedung Rektorat, Selasa (18/02). Penandatangan MoU ini terkait dengan gerakan zero stunting dan menjadi suatu langkah konkret dalam mengatasi permasalahan gizi buruk di Indonesia.
Deklarasi ini bertujuan untuk menargetkan nol kasus stunting dengan pendekatan berbasis data dan pemantauan intensif. Rektor Unhas, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc menegaskan bahwa stunting merupakan masalah serius yang harus segera ditangani secara menyeluruh.
“Masa sih 20 persen itu kan adalah satu dari lima anak Indonesia (yang terkena) stunting, itu terlalu sulit kita terima, sehingga hari ini kita buat deklarasi zero stunting,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, gerakan ini akan menggunakan metode berbasis teknologi, termasuk big data dan artificial intelligence (AI), untuk memastikan pemantauan yang lebih akurat dan intervensi yang lebih cepat.
“Salah satunya, kita akan menggunakan mahasiswa untuk mengawal program ini. Jika 50 ribu mahasiswa masing-masing mengawal 10 anak, maka 500 ribu anak bisa dipantau,” jelas Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas itu.
Sementara itu, Pejabat Gubernur Sulsel, Prof Fadjry Djufry mengungkap, gerakan ini berawal dari diskusi kecil dengan Rektor Unhas. Sehingga muncullah ide terobosan dalam menurunkan stunting di Sulsel.
“Teman-teman dari Fakultas Kedokteran juga punya metodologi yang benar, tentunya ini berasal dari riset yang telah dilakukan,” tuturnya kepada awak media.
Ismail Basri