Universitas Hasanuddin menggelar Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka upacara penerimaan Jabatan Guru Besar atas nama Prof Dr dr Syafri Kamsul Arif SpAn KIC KAKV. Rapat Paripurna tersebut berlangsung pada Jumat (10/01) di Ruang Renat Akademik, Lantai 2 Gedung Rektorat Unhas.
Prof Syafri yang kini menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Pendidikan Unhas, dikukuhkan dalam jabatan akademik Guru Besar dalam bidang Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif pada Fakultas Kedokteran Unhas.
Proses pengukuhan dihadiri Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik, Dewan Professor, para dekan, beberapa tamu undangan serta dari kalangan keluarga.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Syafri membahas tentang penelitian yang dilakukan, yakni “Eosinopenia sebagai Indikator Disfungsi Organ pada Pasien Sepsis: Harapan dan Tantangan Pelayanan ICU pada Sarana dan Fasilitas Terbatas”.
Secara khusus, sepsis merupakan suatu kondisi yang seringkali ditemukan di ICU. Sepsis adalah suatu gangguan yang didapat pada fungsi kekebalan tubuh, yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan sel imun untuk membunuh bakteri dan apoptosis sel imun.
Saat seseorang menderita sepsis, tubuh akan bereaksi dengan segala upaya sistem pertahanan tubuh. Dalam upaya ini, tubuh memerlukan pelepasan zat kimia yang menjadi tanda sinyal bagi sel tubuh akan adanya bahaya. Namun tidak semua fasilitas kesehatan memiliki penanda biologis, sebab terkadang keterbatasan pendanaan maupun sarana penunjang.
Prof Syafri menjelaskan, kehadiran eosinopenia atau kadar eosinofil darah yang rendah memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih rendah dibandingkan kultur darah, akan tetapi eosinopenia merupakan penanda diagnosis sepsis yang menarik karena memiliki beberapa kelebihan seperti lebih murah, lebih mudah, dan hasilnya lebih singkat.
“Prediksi luaran pasien sepsis dengan eosinopenia ini memberikan hasil yang menjanjikan, terutama untuk situasi fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas,” jelas Prof Syafri dalam rilis yang diterima.
Lebih lanjut, Prof Syafri mengatakan penelitian yang dilakukan merupakan upaya untuk memaksimalkan kemampuan evaluasi kondisi pasien sepsis dalam menghadapi berbagai keterbatasan yang dimiliki Indonesia, termasuk masalah beban pembiayaan kesehatan yang ada saat ini.
Di akhir pidato pengukuhannya, Prof Syafri menekankan eosinopenia mampu memprediksi kemungkinan sembuhnya pasien. Ini merupakan salah satu diantara berbagai improvisasi yang dapat dilakukan dalam menghadapi keterbatasan sumber daya pelayanan ICU di Indonesia.
“Namun demikian, hal ini memerlukan kreativitas dan pengetahuan yang luas, sehingga praktisi kesehatan di Indonesia dituntut untuk selalu belajar dan mengembangkan diri untuk menyediakan layanan ICU di Indonesia,” tutup Prof Syafri.
Dalam sambutannya, Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, mengucapkan selamat atas pengukuhan Prof Syafri. Bertambahnya guru besar di Unhas diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan prestasi Unhas agar bisa semakin berkontribusi di tengah masyarakat.
“Saat ini Unhas terus meggelorakan jargon humaniversity untuk meningkatkan kontribusi Unhas dalam bidang kemanusiaan. Keberadaan Prof Safri dengan keahliannya kita harapkan kontirbusi Unhas dalam kemanusiaan lebih aktif lagi,” jelas Prof Dwia.
Lebih lanjut, Prof Dwia menyebutkan bahwa Unhas sangat produktif dalam menghasilkan guru besar. Namun, beliau mengatakan bahwa ini juga adalah tantangan, dimana guru besar yang semakin banyak maka diharapkan kontribusi keilmuannya juga semakin terasa di masyarakat.
Wandi Janwar