Mahasiswa kehutanan Unhas meneliti hubungan serangga dengan tegakan pohon Eboni, merupakan upaya melestarikan pohon langka ini.
Menurut United Nations Environment Program, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang lingkungan hidup, pohon eboni digolongkan langka. Pohon dengan nama latin Diospyros celebica merupakan pohon endemik yang dapat ditemukan di pulau Sulawesi.
Pohon yang memiliki nilai komersial tinggi sehingga diburu banyak orang dan ladang emas bagi industri illegal logging. Kayu eboni kerap dikelola oleh tangan-tangan pengrajin untuk menghasilkan produk berharga tinggi, antara lain sebagai bahan mebel, patung, ukiran, alat musik, kipas, kayu lapis mewah, dan hiasan dinding.
Penurunan produksi hasil kayu eboni mengakibatkan pohon eboni memasuki kategori Appendix II CITES atau dapat dikatakan agak langka. Kategori tersebut mengakibatkan pohon eboni harus dibatasi perdagangannya.
Tiga mahasiswa kehutanan Unhas, Marwan Rajab, Tumanan dan Diky Wahyudi melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi tegakan atau persebaran pohon eboni di Sulawesi. Peneliti memperhatikan hubungan serangga dengan pohon langka ini. Sebab serangga memiliki peranan tersendiri seperti penyerbuk, hama, pengurai dan banyak lagi pada tegakan ini.
Ada beberapa faktor mempengaruhi pertumbuhgan pohon eboni, faktor genetik, lingkungan dan faktor aktivitas manusia. Faktor lingkungan terbagi atas dua yakni faktor biotik (hama, penyakit, gulma, mikroorganisme tanah) dan faktor abiotik (cahaya matahari, kecepatan angina kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah).
Serangga menjadi indikator untuk menentukan produktivitas dan kondisi pada suatu lingkungan. Yang dipengaruhi indikator kondisi, perbedaan kelimpahan, struktur komunitas, dan keanekaragaman serangga pada tegakkan eboni.
“Kebetulan belum ada penelitian spesifik mengenai beberapa jenis tegakan eboni, terlebih saya sebagai orang yang berada di Sulawesi,” jelasnya Marwan Rajab saat diwawancarai melalui Zoom (17/06/2021).
Adapun metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi keberagaman dan hubungan serangga dengan tegakan eboni menggunakan metode eksplorasi, dengan pengamatan atau pengambilan sampel serangga langsung di lokasi.
Penelitian ini dilakukan pada Mei hingga Juli 2021 di Hutan Pendidikan Unhas, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah mengambil data dan sampel, tim peneliti ini melanjutkan identifikasi sampel di Laboratorium Terpadu di Fakultas Kehutanan Unhas.
Dalam pengambilan sampel serangga digolongkan menjadi dua jenis yakni nokturnal dan diurnal (aktif pada malam dan siang) mengakibatkan pengambilan sampel masing-masing kedua jenis serangga tersebut agak sulit.
Untuk mengambil sampel serangga bersifat nokturnal, tim menyediakan lampu untuk memancing dan menyaring serangga nokturnal tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode indeks Shannon-Wiener dan Indeks Margalef. Indeks Shannon-Wiener merupakan indeks yang sesuai untuk menghitung tingkat keragaman spesies. Berdasarkan laporan penanggung jawaban penelitian menujukkan keanekaragaman jenis pada tegakan Eboni bersifat tinggi.
Terdapat 128 individu serangga yang terbagi dari 28 spesies dari 20 keluarga. Herbivora, dan paraistioid detrivor secara peranan ekologi serangga yang mendominasi. Semakin banyak rantai makanan yang ada, maka akan semakin besar jaring-jaring makanan yang terbentuk dan menyebabkan kestabilan semakin tinggi. Keanekaragaman spesies tersebut, berperan sangat penting dalam melestarikan tanaman dan menjaga kelangsungan ekosistem.
Reporter: Muhammad Alif M