Pasang surut hasil pertanian berdampak pada penghasilan yang mengalami naik turun sehingga membuat petani merasa khawatir sebab rentan akan kerugian. Hal ini terutama dirasakan oleh petani berlahan sempit, yaitu petani gurem.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) petani dibagi menjadi empat yaitu, petani besar yang mempunyai lahan lebih dari 1 hektare, petani kecil dengan lahan 0,5 sampai 1 hektare, petani gurem dengan lahan 0,1 sampai 0,5 hektare, dan buruh tani yang tidak memiliki lahan, namun bekerja di lahan orang lain.
Kaprodi Program Studi Keteknikan Pertanian, Dr Ir Iqbal Salim STP MSi IPM mengatakan pada masa pandemi Covid-19. Petani gurem tetap melakukan aktivitasnya di lahan. Namun yang menjadi masalah adalah penghasilan tambahan mereka dari sektor lain seperti, menjadi kuli bangunan, kerja serabutan, dan lain-lainya. Sektor inilah yang sebenarnya dipengaruhi oleh pandemi, sehingga penghasilan mereka menjadi menurun.
Pemerintah pun sudah melakukan berbagai upaya, seperti pada masa pandemi Covid-19, dengan meningkatkan kekebalan imunitas melalui vaksinasi.
“Pemerintah juga menyalurkan bantuan ke masyarakat yang berpenghasilan kurang dari 3 juta,” ujar Iqbal, Sabtu (14/8).
Pemerintah juga kini tengah melakukan perluasan lahan sawah. Kementerian kehutanan melalui peraturan presiden mempunyai program perhutanan sosial. Para petani yang aktivitas sosialnya dekat dengan kawasan hutan rakyat diberi kesempatan untuk mengelola hutan tersebut.
“Jadi mereka bertani tetapi tidak dibolehkan untuk melakukan penebangan,” kata Iqbal.
Iqbal mengatakan, program ini merupakan kesempatan sangat baik untuk para petani sebab akan diberi sebanyak kurang lebih 2 hektare per kelompok untuk melakukan aktivitas pertanian.
Unhas sebagai tri darma perguruan tinggi selalu melakukan penelitian dengan beberapa komoditas unggulan yang ada di Indonesia. Pengabdian dari hasil riset ini, kemudian diterapkan ke masyarakat, melakukan penyuluhan, pendampingan, dan pembinaan.
Dengan berupaya mengola produk pertanian sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi. Selain itu, adanya kegiatan KKN, mahasiswa dan para petani dapat melakukan kolaborasi dalam bekerja.
“Penting juga dalam memperbaiki struktur tanah sebab tanah selama ini selalu diberikan pupuk anorganik yang menyebabkan unsur hara hilang,” ucap Iqbal saat ditemui di halaman fakultas pertanian.
Adapun solusi mengatasinya dengan menggunakan alat aplikator kompos, ini bisa memperbaiki struktur tanah sehingga penyerapan hara, aerasi, permeabilitas menjadi lebih bagus dan tanaman bisa tumbuh serta berproduksi dengan baik.
A Sri Sartika Shafira