Himpunan Mahasiswa Fisioterapi (HIMAFISIO) Fakultas Keperawatan (FKep) Unhas mengadakan Webinar Nasional Fisioterapi (WRIST). Bertajuk “Pandemi Belum Usai, Fisioterapi Bisa Apa?”, kegiatan ini berlangsung melalui Zoom, Sabtu (23/01).
Adapun narasumber yang hadir pada kegiatan ini ialah Ketua Tim Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) cabang Makassar, Asdar Fajrin SFT Physio MKes, Praktisi Fisioterapi, H Herdin SFT Physio MKes, dan Wakil Ketua Perhimpunan Fisioterapi Kardioirespirasi Indonesia, Isnaini Herawati Ftr MSc.
Pada kesempatannya, Isnaini menjelaskan sejarah merebaknya pandemi virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Kala itu, warga kota Wuhan melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebab pastinya ke World Health Organization (WHO), Selasa (31/12). Setelah melalui beberapa penelitian, WHO mengumumkan, penyebab pneumonia yang dimaksud adalah virus yang diberi nama SARS-CoV-2.
“Penamaan Covid-19 mulai dipublikasikan WHO sekitar bulan Februari atau Maret 2020. Selanjutnya, dinyatakan sebagai pandemi karena virus ini tidak hanya menjangkit satu atau dua negara, melainkan hampir semua negara,” papar Isnaini.
Isnaini menambahkan, Covid-19 memiliki kemiripan dengan virus yang menginfeksi Severe Acute Resporatory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) beberapa tahun yang lalu. “Akan tetapi, virus tersebut tidak seheboh virus Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara. Pakar mikrobiologi menyebut virus itu bukan sebagai makhluk hidup,” jelasnya.
Virus tersebut akan beraksi ketika berada di dalam inang. Sedangkan jika diluar inang, ia tidak akan menimbulkan masalah. “Masalah terjadi ketika virus itu masuk ke dalam sel inang dan berhubungan dengan reseptor yang cocok,” ungkap Isnaini.
Oleh karenanya, virus SARS-CoV-2 harus diwaspadai karena dapat bertahan di benda-benda tertentu. “Suatu saat nanti, tidak menutup kemungkinan virus tersebut masuk ke area yang rentan tertular sehingga menginfeksi tubuh kita,” tambah Isnaini.
Lebih lanjut, Isnaini menegaskan pentingnya mematuhi 3M yakni selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. “Sebab virus ini dapat bertahan sekitar 2-3 hari di tempat berbahan plastik dan bertahan hingga 4 hari jika berada di benda berbahan kaca,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan untuk tidak perlu merasa takut dan abai secara berlebihan. “Pada awal merebaknya virus, semua orang merasa khawatir. Namun, ketika kasus kian bertambah, protokol kesehatan justru melonggar,” keluh Isnaeni.
Pada akhir kesempatan, Isnaini menegaskan, virus ini masih menjadi ancaman mengingat jumlah korban terpapar hingga 10.000 kasus harian di Indonesia. Dibandingkan dengan beberapa negara Asia, Indonesia merupakan negara terbanyak kasus dan tenaga medis yang terinfeksi. Itu bukanlah suatu kebanggaan, melainkan hal memprihatinkan.
M213
BACA JUGA: Himafisio Gelar Pembukaan Musyawarah Besar