Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan (Sulsel) bekerja sama dengan Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Seminar Koalisi Gerakan Makassar Menuntut Air Bersih (GEMAH) di Aula Prof Syukur, Senin (09/12).
Salah satu pembicara yang menjadi bagian dari Solidaritas Perempuan Anging Mammiri, Suryani menegaskan bahwa kehidupan perempuan sangat erat kaitannya dengan air. Hal ini disebabkan oleh tatanan sosial masyarakat, menempatkan perempuan dalam menjalankan tugas rumah tangga dan anak.
Baginya, jika terjadi krisis air maka beban perempuan akan bertambah. Tidak jarang perempuan harus bergadang hingga larut untuk menunggu air mengalir. “Pengalaman kami di Solidaritas Perempuan, ada yang pergi mengambil air yang jauh dari tempat tinggalnya,” ujarnya.
Pada temuan pemantauan Solidaritas Perempuan bersama 870 wanita di tahun 2016 menunjukkan jika situasi air besih di Kota Makassar belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. “Setiap tahun perempuan pesisir mengalami permasalahan yang sama, baik di musim kemarau maupun waktu hujan,” jelasnya.
Di akhir, Suryani memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Makassar untuk mendorong penerbitan kebijakan pengelolaan sumber daya air yang partisipatif. Kemudian melibatkan seluruh elemen masyarakat sipil termasuk perempuan dalam proses penyusunan demi memastikan perlindungan hak rakyat atas air.
Nurul Fathiyah S.A
