Malam itu, Rabu pukul 20.00 Wita (15/8), Nur Ersa Annisa mencoba menghubungi salah satu dosennya, Dr Andjarwati Sadik M Ed dengan maksud menanyakan informasi tentang perkuliahan yang akan dimulai. Mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas ini, terkejut ketika dosen yang ia hubungi, tiba-tiba meminta agar Ersa mengisikan pulsa untuknya.
“Bisa ki bantu sebentar isikan pulsa, tetapi uangnya sebentar dikirimkan tidak apa-apa kan? Soalnya mau dipakai sekarang pulsanya. Isikan 200 ribu ke nomor 082299599135,” tulisnya melalui pesan Whatsapp.
Ersa sontak terkejut sekaligus langsung menaruh curiga. Cara dosennya mengetik tidak seperti biasa, terlebih lagi tertera notifikasi akun Whatsapp dosennya telah berubah menjadi akun bisnis.
Awalnya Ersa menghubungi dosennya untuk menanyakan pembagian jadwal mengajar awal semester. “Terus saya curiga sebab dosen ini, tiba-tiba pakai akun bisnis. Jadi saya chat mi kembali, langsung dibalas ‘Sekarang lagi di mana?’ tanpa menjawab pertanyaan saya terlebih dahulu,” terang Ersa saat dihubungi.
Ersa mengabaikan permintaan ‘dosen’ itu, dan segera menyebarkan informasi ini ke teman-temannya. Benar saja, dosen yang ia hubungi ternyata tengah menjadi korban pembajakan Whatsapp.
“Tidak berselang lama, baru menelpon bu Andjar lewat nomor lain, menginformasikan kalau Whatsapp-nya dibajak,” lanjut Ersa
Penipuan bermodus pembajakan Whatsapp kini kerap terjadi. Belakangan beberapa Civitas Akademika Unhas juga ikut menjadi korban pembajakan, baik mahasiswa maupun dosen.
Pelaku membajak Whatsapp korbannya dengan menelpon korban terlebih dahulu. Biasanya, pelaku akan mengaku sebagai kasir mini market yang salah mengisi nomor telepon pembeli pulsa atau top-up saldo e-wallet. Pelaku kemudian mencoba mengakses akun Whatsapp korban dan ketika kode one time password (OTP) telah diterima korban melalui SMS, pelaku akan berdalih jika kode tersebut adalah kode yang dibutuhkan untuk memulihkan saldo yang salah tujuan.
Jika korban lengah dan mengirimkan kode OTP miliknya, pelaku dapat mengambil alih akun Whatsapp korban. Korban harus menunggu selama 7-24 jam untuk dapat merebut kembali akun Whatsapp-nya. Selama itu pula, pelaku memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya.
Penipuan ini juga dialami oleh mahasiswa Sastra Jepang 2019 yang pernah mengambil program mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim. Dosen pengampu tiba-tiba mengirim pesan ke grup Whatsapp yang sudah tidak digunakan sejak 2020.
“Assalamualaikum, di grup ini ada yang jual pulsa? Atau ada yang bisa bantu pengisian pulsa tolong kabari,” tulisnya (17/8).
Pelaku bahkan sempat menghubungi salah satu reporter PK identitas Unhas. Sama halnya dengan yang terjadi pada Ersa, pelaku juga meminta dikirimkan pulsa senilai 200 ribu. Akun yang digunakan pelaku pun berubah menjadi akun bisnis.
“Tapi uangnya sebentar tidak apa-apa kan, Isikan 200 ribu di nomor 082350535770,” pintanya.
Kami mencoba mengorek informasi lebih dalam, sembari berpura-pura akan segera mengirimkan pulsa ke pelaku. Namun, pelaku kemudian curiga dan tidak lagi menanggapi.
Di samping maraknya pembajakan Whatsapp, para mahasiswa yang sedang menggarap kegiatan juga tidak luput menjadi celah oknum tidak bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan. Salah satunya kontak person yang tertera pada pamflet kegiatan kuliah umum.
Corvi, Mahasiswa Sastra Jepang (FIB) Unhas, yang tergabung dalam kepanitiaan kuliah umum, tiba-tiba dihubungi oleh kontak tak dikenal yang mengatasnamakan dosen sekaligus moderator dalam kuliah umum yang digarap Corvi.
“Kejadian ini terjadi pada Rabu malam pukul 18:49 Wita, ada nomor tidak dikenal menghubungi saya dan bertanya, ‘Corvi, teman yang jualan pulsa siapa?,” tulisnya kepada identitas melalui pesan Whatsapp (10/8).
Mahasiswa FIB ini tidak mengubris chat tersebut. Lantaran curiga karena pelaku mencantumkan nama dosen lengkap dengan gelarnya di chat tersebut. Kejadian ini juga dialami Adam, rekan kepanitiaan kuliah umum, yang juga mendapat pesan yang sama.
Setelah kami telusuri melalui aplikasi Get Contact. Kami menemukan, sudah banyak orang yang menjadi korban pelaku. Berdasarkan 100 tag yang tercantum pada nomor yang pelaku gunakan. Beberapa tag bahkan menerangkan bahwa pelaku memang mengincar narahubung dari sebuah kegiatan, kemudian mengaku sebagai dosen.

Semakin berkembangnya teknologi informasi, semakin beragam pula modus penipuan semakin berkembang. Sikap skeptis perlu digunakan ketika kita menerima informasi yang janggal.
Rsm