Penyakit rabies atau anjing gila akhir-akhir ini menjadi topik hangat di kalangan akademisi, pemerintahan, hingga masyarakat. Bagaimana tidak, persentasi penyakit ini meningkat di sejumlah daerah di tanah air. Bahkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengumumkan hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.
Hal tersebut menyebabkan masyarakat menjadi was-was. Pasalnya, penyakit rabies merupakan infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf manusia. Penyakit ini menjadi momok menakutkan karena beberapa kejadian dapat menyebabkan kematian.
Lalu, bagaimana para ahli memandang penyakit anjing gila yang digaung-gaungkan menjadi penyakit paling menakutkan nomor satu ini? Berikut wawancara Khusus reporter PK identitas Unhas, Ugi Fitri Syawalyani dengan Guru Besar, Fakultas Peternakan, Prof Dr drh Ratmawati Malaka MSc, Selasa (18/07).
Mengapa penyakit rabies bisa menyebabkan kematian?
Rabies itu beda dengan penyakit zoonosis lain. Penularannya lewat saraf, jadi kalau kita digigit bukan melalui darah penularannya. Sasaran utamanya adalah otak. Jadi langsung dari saraf perifer masuk ke susunan saraf besar. Di situlah mengapa disebut anjing gila karena yang diserang adalah otak, khususnya hippocampus.
Bagaimana awal penyebaran penyakit rabies?
Penyebarannya sebenarnya lewat anjing. Ketika virusnya menyerang hewan lain, dia pindah dari hewan satu ke hewan lain. Kemudian anjing ini misalnya ditransportasi antar pulau atau antar negara yang kemudian membawa virus rabies dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia.
Penularan rabies tidak hanya pada anjing, tapi semua hewan berdarah panas. Tetapi kalau misalnya bukan karnivora dia selesai di situ karena tidak menggigit ke hewan lain. Tapi kalau anjing, kucing, kera bisa menggigit hewan lain dan itu bisa menyerang (menular). Pernah ada penelitian bahwa rabies bisa menyebar lewat udara tetapi udara yang tidak kena sinar matahari. Sebenarnya rabies itu virusnya gampang dimatikan misalnya dengan sabun, alkohol, kemudian dengan ultraviolet.
Apa yang menyebabkan penyakit rabies bisa menular dari hewan ke manusia?
Dia (rabies) memang virusnya bisa ke seluruh makhluk yang berdarah panas seperti manusia. Berdarah panas itu artinya ketika dia masuk daerah dingin di mana pun, suhu tubuhnya tetap 37 derajat. Jadi suhu tubuhnya tidak menyesuaikan dengan lingkungan tapi tetap sesuai dengan kondisi tubuhnya. Lain halnya dengan hewan berdarah dingin seperti misalnya ular, reptil, itu kan dia kalau suhu udara dingin dia akan berubah suhu tubuhnya ke dingin sehingga dia bisa hibernasi.
Bagaimana bentuk penularan penyakit rabies?
Penularannya itu lewat gigitan melalui air liur dan air mata. Jadi kalau sudah keluar air liur kemudian tersentuh di kulit manusia yang ada luka sedikit maka bisa kena. Untuk itu dokter biasanya pake sarung tangan, pake masker karena kalau ada luka sedikit langsung terserang bisa masuk lewat saraf perifer tadi.
Bagaimana ciri-ciri orang yg terkena rabies?
Intinya penyakit rabies menyerangnya ke susunan saraf besar. Jadi kalau misalnya digigit di lengan, itu pasti lebih cepat terjadi gejala dibanding di daerah kaki. Sebenarnya kalau sudah digigit, tindakan utamanya yakni cuci dengan sabun. Kalau belum ada gejala itu sebenarnya belum sampai di otak dan masih bisa dicegah dengan vaksin.
Anjing gila satu satunya penyakit yang nanti setelah digigit baru di vaksin pada manusia. Jadi berlomba antara vaksin dengan virus untuk sampai di otak. Bagaimana supaya dia (vaksin) bisa memblokir virusnya.
Gejala pertamanya (ketika terinfeksi rabies) yakni takut air, takut cahaya, takut suara yang menyebabkan rangsangan dia ketakutan sehingga dia menjadi seperti orang gila, makanya penyakitnya disebut anjing gila karena dia akan teriak-teriak kesakitan luar biasa. Bahkan dia tidak mau minum karena kalau minum dia akan kesakitan.
Apakah hewan atau manusia yang telah terinfeksi penyakit rabies dapat disembuhkan?
Hampir dibilang fatal. Susah. Karena virus itu sebenarnya tidak bisa diobati. Jadi bisa dipastikan tidak bisa. Kalau sudah terjadi gejala dapat dikatakan 100 persen pasti akhirnya kematian
Zakia Safitri Sijaya
Data diri narasumber:
Nama: Prof Dr drh Ratmawati Malaka MSc
Tempat tanggal lahir: Selayar, 12 Juli 1964
Riwayat pendidikan:
S1: Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Profesi: Dokter Hewan, Institut Pertanian Bogor
S2: Biological Resources Science, Universitas Miyazaki Japan
S3: Teknologi Hasil Ternak, Universitas Hasanuddin