Laporan CNN Indonesia yang dirilis pada 25 Agustus lalu mengungkap adanya penurunan tanah di Kota Makassar. Liputan tersebut menggarisbawahi risiko ancaman yang ditimbulkan berupa banjir rob di wilayah pesisir. Meski demikian, belum ada kajian empirik terkait hal tersebut.
Penurunan muka tanah merupakan fenomena gerakan vertikal bumi yang terjadi secara perlahan dalam waktu yang cukup lama. Di beberapa kota besar, penurunan tanah bukanlah sebuah ancaman baru. Kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya saat ini sedang menghadapi ancaman nyata dari peristiwa itu. Wilayah pesisir biasanya menjadi yang sangat rentan, terutama Makassar.
Lalu benarkah penurunan tanah sedang terjadi di Makassar? Bagaimana hal ini menjadi ancaman bagi warga Makassar ke depan? Simak wawancara khusus Reporter PK identitas Unhas, Aliyah Fadhilah, bersama Dosen sekaligus Kepala Laboratorium Geologi Teknik dan Lingkungan di Fakultas Teknik Unhas, Dr Ir Busthan Azikin MT, Rabu (12/09).
Bagaimana menurut Anda terkait kondisi penurunan tanah di Kota Makassar saat ini?
Di segala penjuru dunia, setiap ada bangunan pasti akan mengalami penurunan permukaan bumi atau tanah. Kalau penurunan tanah untuk kota Makassar saat ini, belum begitu signifikan. Beda halnya dengan Jakarta, Semarang, dan Pekalongan, wilayah tersebut terlihat terjadi penurunan. Namun untuk Makassar saat ini masih aman.
Apakah ada risiko ancaman penurunan muka tanah di Makassar?
Penurunan muka tanah di Makassar itu pasti terjadi, tapi hanya 1-2 mili per tahun. Penurunannya lumayan kecil, perkiraan turun 1 centimeter dalam 10 tahun. Cuma kalau itu berlangsung lama, pasti akan berdampak suatu saat.
Terdapat risiko penurunan muka tanah, karena adanya sedimen. Sedimen adalah material padat yang terdiri dari batuan, mineral, sisa-sisa tumbuhan, dan hewan. Hal ini berkaitan dengan kondisi geologi, karena sedimen-sedimen di bagian pantai barat Makassar belum padu, kuat, dan padat.
Apa yang menyebabkan penurunan muka tanah di Makassar?
Hal yang menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah karena batuan halus yang tidak kompak dan tidak padat. Nah, itu terjadi secara alami.
Namun ada juga yang terjadi secara buatan. Berat beban dari bangunan, bisa menurunkan permukaan tanah. Hal ini juga diperparah dengan pengambilan air tanah yang berlebihan berupa sumur bor. Umumnya di pantai Makassar, air tawar itu tinggal sedikit.
Jadi tadinya bumi itu walaupun tidak ditindih, tidak diberi beban yang berat, tapi kalau hal itu dilakukan, dia secara alami akan turun.
Penyebab penurunan muka tanah salah satunya disebabkan oleh Pengambilan air tanah. Apakah ini indikasi bahwa pengguna sumur bor di Makassar cenderung meningkat?
Penggunaan sumur bor di Makassar cenderung meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk yang sejalan dengan kebutuhan akan air. Kecenderungan ini muncul karena banyak disebabkan oleh urbanisasi. Selain itu, semakin banyaknya pembangunan hotel juga menjadi faktor penyebab lainnya.
Jika tidak berasal dari PDAM, berarti sumber air masyarakat akan menggunakan sumur bor. Akhirnya jika menggunakan sumur bor berarti mengambil air yang ada di dalam tanah. Kemudian ruang yang ditinggalkan oleh air tadi menjadi ruang kosong. Itulah yang akan menjadi penyebab penurunan muka tanah.
Apakah ada perubahan struktur tanah di daerah Makassar?
Struktur tanah tidak ada perubahan karena sejak dulu sedimen kota Makassar itu berasal dari sungai Jeneberang. Tinggal bagaimana kalau mau membangun sesuatu dan bangunan aman dari terjadinya amblesan tanah atau pemampatan bawah tanah.
Dalam istilah geologi ada namanya kompaksi atau pemampatan. Tanah lepas kalau lama-kelamaan akan membatu. Membatu tersebut pasti akan turun dan mampat. Struktur tanah ada alami, buatan manusia, dan faktor antropogenis.
Bagaimana dampak penurunan tanah di Makassar?
Salah satu dampak penurunan tanah ialah banjir rob, banjir luapan hujan, dan banjir pasang. Kalau tanah turunnya signifikan dan saluran terhambat, maka bisa terjadi hal tersebut. Mungkin suatu saat, jalanan di pantai itu bisa terendam air, kalau terjadi banjir rob.
Dalam hal mitigasi bencana, apa langkah-langkah yang disarankan untuk masyarakat sekitar?
Masyarakat diberi sosialisasi untuk tidak membangun bangunan terutama pengusaha hotel yang lokasinya cenderung terjadi penurunan. Lokasinya dilihat dari historis. Sekiranya tempat tersebut pernah terjadi penurunan, dilarang untuk membangun di lokasi tersebut.
Masyarakat diberi pengertian bahwa jangan membangun tempat-tempat yang rawan mengalami penurunan tanah. Sekarang penting diketahui oleh masyarakat, supaya tidak terdampak dengan penurunan muka tanah dengan adanya kegiatan di daerah pantai.
Apakah ada langkah atau solusi yang harus dilakukan pemerintah untuk menghadapi situasi tersebut?
Pemerintah harus membuat peraturan yang membatasi pengambilan air tanah secara besar-besaran di daerah pantai. Kalau skalanya kecil, tidak ada masalah. Tapi kalau hotel atau perkantoran mestinya ada pengolahan air tanah secara berkelanjutan.
Regulasi penggunaan, upaya, dan pembatasan air tanah dengan sumur bor semestinya dipantau oleh pemerintah. Peraturan Menteri ESDM lengkap.
Oleh karena itu semuanya harus bisa dijabarkan di tingkat pemerintah kota. Kondisi tiap daerah berbeda-beda, jadi pemerintah kota harus menggunakan data geologi untuk menjabarkan peraturan itu.
Olehnya itu, pemerintah harus reaktif untuk mengatasi masalah ini. Karena salah satu dampak adanya penurunan ini adalah intrusi air laut.
Data diri narasumber:
Dr. Ir. Busthan Azikin, M.T
Dosen dan Kepala Laboratorium Geologi Teknik dan Lingkungan
Riwayat pendidikan:
S1 Teknik Geologi Unhas (1985)
S2 Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (1993)
S3 Teknik Sipil Unhas (2015)