Organisasi Kemahasiswaan Sistem Perkapalan (OKSP) Fakultas Teknik (FT) Unhas mengadakan Webinar Nasional Marine Innovation Festival Indonesia (Marinesia). Bertemakan “New Atrategies of Maritime Industry: Encourage SDG’s 2030”, kegiatan dilaksanakan melalui Zoom Meeting, Selasa (17/5).
Membahas topik “Saving The Ocean Saving Our Future Toward Golden Indonesia 2030” kegiatan menghadirkan Deputi Bidang Koordinasi Kelautan Maritim dan Energi, Kementrian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Drs Basilio Dias Araujo MA, sebagai pembicara utama.
Di awal kesempatan, Basilio memaparkan, Indonesia adalah negara kepulauan yang besar dan strategis. Setiap tahunnya dilewati sekitar 200 ribu kapal asing yang terdiri dari 130 ribu kapal dari Selat Malaka, 56 ribu kapal yang masuk dari Selat Sunda, dan sekitar 30 ribu kapal dari Selat Lombok.
“Ketika berbicara tentang wilayah maritim, ada aturan internasional yakni United Nation Convention of Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982 yang menjadi pegangan Indonesia tentang wilayah laut, serta ada keterpaduan dengan wilayah darat dan udara,” jelas Basilio.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, UNCLOS secara umum berisi tentang bagaimana suatu negara melestarikan wilayah serta potensinya. “Mengenai lingkungan, Konvensi Internasional untuk Pencegahan Polusi dari Kapal atau dikenal juga sebagai MARPOL, dan mengatur cara suatu negara melakukan perlindungan terhadap pencemaran laut,” tuturnya.
Basilio juga menambahkan, dari segala ancaman bagi wilayah perairan Indonesia, diperlukan konsep maritim kedepannya. Presiden sudah merencanakan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan konsep yang sudah dibangun bersama, menghasilkan tujuh pilar kebijakan kelautan Indonesia, di mana sebelumnya hanya ada lima pilar.
“Sebagai negara kepulauan, praktek kita dalam mengelola negara ini beda dengan negara yang hanya memiliki satu pulau, namun negara kita harus bisa merasakan nikmat yang sama,” ucap Basilio.
Kegiatan ini turut dihadiri mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Universitas Gadjah Mada, Politeknik Negeri Malang, Institut Pertanian Bogor, dan Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan secara luring.
Yaslinda Utari Kasim