Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan webinar Pengelolaan Sampah dan Pemanfaatan Teknologi Biogas. Kegiatan menghadirkan Peneliti BRIN sekaligus Ketua Posyantek Mitra Bumi Lestari, Ir Prasetiyadi M M yang berlangsug melalui Zoom Meeting, Selasa (03/06).
Dalam pemaparannya, ia menjelaskan berbagai aspek terkait pengolahan sampah. Mulai dari pengelolaan sampah sejak dari sumbernya, karakteristik sampah rumah tangga dan pasar, hingga tahapan pembuatan peralatan biogas.
“Sebagian besar sampah di Indonesia berasal dari rumah tangga dan pasar tradisional, yang umumnya berupa sampah basah dan mudah membusuk. Di Indonesia, sistem pengolahan sampah masih mengandalkan metode kumpul-angkut-buang,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mengeluarkan dua surat edaran. Surat ini ditujukan kepada beberapa Dinas Lingkungan Hidup daerah untuk menutup tempat pembuangan akhir (TPA) yang masih menerapkan sistem open dumping.
Dengan kebijakan yang dikeluarkan KLH membuat warga akan kesulitan, sehingga hal ini menuntut masyarakat untuk memilah sampah sendiri dan memilah sampah harus dari sumbernya. Contoh pengolahan sampah yang dapat dilakukan melalui sisa makanan yang bisa diolah menjadi kompos, biogas, pupuk cair, maggot, atau melalui biopori dan ekoenzim.
Maka, salah satu solusi yang ditawarkan adalah pengembangan teknologi biogas. Teknologi ini mempunyai dua output utama, yaitu gas pengganti LPG dan limbah cair yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman. Tetapi penggunaan alatnya masih menghadapi tantangan, terutama di wilayah perkotaan yang padat penduduk dan minim lahan, sehingga sulit untuk menempatkan reaktor biogas.
Namun, hal itu tidak menjadi penghalang melainkan sebuah peningkatan gagasan ide membuat inovasi baru dalam perkembangan biogas. “Rumah kami difungsikan sebagai bengkel, tempat kami membuat reaktor,” ujarnya.
Proses pembuatan biogas skala rumah tangga dimulai dari penggunaan kayu, kemudian dibungkus menggunakan kawat nyamuk aluminium lalu dilapisi fiber agar bisa menampung air. Di dalamnya dibuat beberapa silinder sebagai reaktor yang disusun vertikal, dan dirancang untuk menampung bahan organik seperti sisa makanan atau sampah dapur.
Di akhir kesempatan, Ia menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dan mahasiswa dalam edukasi dan implementasi teknologi pengolahan sampah. “Inovasi semacam ini diharapkan bisa mengubah pola pikir masyarakat dari sekadar membuang menjadi memanfaatkan sampah secara bijak,” tutup Prasetiyadi.
Rizqiyah Awaliyah
