Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian ( Faperta) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Diskusi Terbuka bertajuk “Wujudkan Reforma Agraria Sejati”. Kegiatan berlangsung di Pelataran Peternakan pada Senin (22/09).
Tiga pemateri hadir dalam forum, yakni seorang aktivis agraria Sulawesi Selatan, yang akrab dipanggill Ijul. Perwakilan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Siti Nur Alisa serta dosen Fakultas Pertanian Unhas, Ir Syamsul Arifin Lias M Si. Mereka membahas berbagai persoalan agraria yang hingga kini belum menemukan titik terang.
Acara dihadiri mahasiswa Faperta, aliansi mahasiswa lintas fakultas Unhas, serta sejumlah elemen masyarakat sipil. Forum ini menjadi ruang tukar gagasan sekaligus sarana memperdalam pemahaman tentang konsep dan sejarah reforma agraria. Di antaranya, hambatan implementasinya, hingga problem regulasi yang tumpang tindih.
Menurut penanggung jawab BEM Faperta, Ikhsan, mengatakan diskusi diadakan untuk merespons persoalan ketimpangan agraria yang masih nyata di Indonesia.
“Segelintir kelompok menguasai lahan luas, sementara mayoritas petani kekurangan tanah. Dari forum, kami berharap lahir gagasan kritis dan rekomendasi strategis untuk menjadi bahan advokasi ke depan,” ujar Ikhsan.
Lebih lanjut, Ikhsan menambahkan dokumentasi tertulis hasil diskusi akan digunakan sebagai rujukan pengembangan wacana dan penguatan komitmen memperjuangkan keadilan agraria.
“Acara kami tujukan untuk seluruh elemen sipil, baik mahasiswa, akademisi, organisasi masyarakat, maupun gerakan tani,” tambahnya.
Diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif mahasiswa. Beberapa peserta mengaitkan isu agraria dengan dampaknya terhadap pendidikan tinggi, privatisasi sumber daya, serta kesejahteraan petani lokal.
Harapannya, momentum Hari Tani Nasional 2025 dapat memperkuat solidaritas antara mahasiswa, akademisi, dan masyarakat sipil dalam memperjuangkan reforma agraria sejati. Serta mendorong komitmen politik yang lebih kuat terhadap kedaulatan agraria.
Mutia Aulia
