Yayasan Partisipasi Muda bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Hasanuddin (Unhas) adakan Spill The Research Makassar. Mengusung tema “PoV Orang Muda Soal Ruang Sipil: Indonesia Gelap atau Terang?”, kegiatan berlangsung di Aula Prof Syukur Abdullah FISIP Unhas, Senin (10/11).
Agenda menghadirkan Direktur Eksekutif Yayasan Partisipasi Muda (YPM), Neildeva Despendya P sebagai pemateri. Dalam kesempatannya, ia menyampaikan pivot space atau ruang aman bagi warga sipil. Diantaranya, bebas bersuara, berkumpul, dan menyampaikan aspirasi kita terhadap kebijakan yang ingin dibuat sama pemerintah.
Neil menyebutkan bahwa pivot space menjadi pondasi dari negara demokrasi. “Kalau kalian merasa suara tidak didengar, kebijakan yang muncul juga tidak merepresentasikan apa yang kalian mau, berarti ruang sipil itu sedang menyempit,” ujarnya.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif YPM itu menjelaskan bahwa konsep tersebut sudah ada sejak tahun 1960-an melalui teori public sphere dari Jürgen Habermas. Di dalamnya menjelaskan bahwa public sphere merupakan ruang yang memberikan akses dan kebebasan bagi warga sipil untuk berpendapat dan berorganisasi.
Konsep inilah yang kemudian berkembang menjadi ruang sipil (civic space), yaitu lingkungan memungkinkan masyarakat bebas mengekspresikan opini serta berpartisipasi dalam kehidupan politik dan sosial.
Lebih lanjut, Nail menyebut lima ciri ruang sipil yang sehat yaitu adanya kebebasan berkumpul, berpendapat, dan berorganisasi. Kemudian, peran negara dalam melindungi hak warga, tersedianya ruang publik terbuka untuk berdiskusi, dan lingkungan yang menghargai perbedaan pandangan, serta kebebasan mengkritik pemerintah tanpa ancaman.
Namun, kondisi ruang sipil di Indonesia dinilai memburuk. Berdasarkan riset Civicus Alliance, Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan ruang sipil obstructed.
Karena itu, Nail mengajak anak muda menjaga demokrasi dengan berpartisipasi aktif. Baik melalui politik konvensional seperti pemilu dan partai, maupun cara non-konvensional seperti demonstrasi, artistic activism, dan micro activism di media sosial.
“Reposting meme politik atau artikel itu juga bentuk kontribusi kecil yang berarti,” pungkasnya.
Fitriani Andini
