Sebelum matahari menjulang tinggi, Faisal bersama tiga orang temannya tampak asyik mengendarai motor viar berkeliling Unhas. Dengan seragam CS (Cleaning Service), dilengkapi kaos tangan dan sepatu laras, mereka segera menjemput sampah-sampah di beberapa titik di Unhas.
Pukul 08.30 WITA, tibalah mereka di titik pembuangan sampah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Mereka lalu beringsut mengambil sebuah tong sampah, berisi campuran sampah organik dan anorganik, lalu menumapahkannya langsung ke dalam prahoto motor.
Ketika prahoto motor itu sudah penuh, mereka kemudian mengangkutnya ke Tempat Pembuangan sampah Sementara (TPS) yang berada di Jl Waduk Unhas, tepatnya di belakang Rumah Sakit Umum Dr Wahidin Sudirohusodo. Sampah-sampah yang telah terkumpul itu, lalu diangkut lagi oleh truk kontainer ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di Wilayah Antang.
Setelah mengangkut semua isi ton sampah di beberapa titik, Faisal dan temannya lalu menjemput daun-daun gugur yang telah dikumpulkan oleh tukang sapu. Mereka kemudian mengangkutnya ke tempat yang berbeda, yakni di belakang Ramsis Unhas. Menumpuknya, dan membiarkannya begitu saja, hingga berubah menjadi tanah.
Faisal mengatakan bahwa dulu sekali, ia pernah mendengar bahwa Unhas ingin mengelola sampah yang berupa daun itu, namun setelah sekian lama, keinginan itu kian terlupakan, hingga akhirnya PT Mitra Clean, yang juga menaungi CS di Unhas mengambil alih. “Saya pernah dengar kalau dulu dia (Red Unhas) yang mau kelola sendiri sampah daunnya, tapi sampai sekarang tidak ada ji keputusannya,” ujarnya.Jumat, (26/10).
Dalam Rencana Strategi Unhas tahun 2016 – 2020, kampus terbesar se-Indonesia Timur ini ternyata telah menargetkan untuk bisa masuk dalam peringkat sepuluh besar UI Green Metric. Sebuah pemeringkatan yang digelar oleh Universitas Indonesia, untuk menilai komitmen perguruan tinggi di dunia,terhadap penghijauan dan keberlanjutan lingkungan. Salah satu indikatornya adalah pengelolaan sampah.
Menurut Kepala Puslitbang Lingkungan Hidup, Prof Dr Rer Nat Ir A M Imran, jika Unhas ingin mengelola sampah, langkah yang tepat adalah melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu. Lalu kemudia mengolahnya, seperti sampah organik atau sampah rumah tangga yang bisa dikelola menjadi pupuk kompos.
“Jadi saya berharap, setidaknya semua fakultas bisa terapkan pemilahan sampah dulu. Karena bagaimana mau dikelola kalau sampahnya saja masih dicampur. Ya, Tentu ini butuh kesadaran semua pihak,” katanya. Rabu (31/10).
Namun, untuk bisa masuk peringkat sepuluh besar UI Greenn Metric itu, Unhas seperti berangan-angan saja. Pengadaan tempat sampah ramah lingkungan, dalam hal ini memisahkan sampah organik dan anorganik pun belum diterapkan oleh sebagian besar fakultas. Dari 15 fakultas, hanya lima fakultas saja yang menerapkan pemilahan sampah, di antaranya Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Hukum, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Prof Farida Patittingi SH M Hum, Dekan Fakultas Hukum, yang juga menerapkan pemilahan sampah, mengatakan bahwa himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya sudah dilakukan sejak ia menjabat sebagai dekan. “Kita sudah lakukan edukasi untuk membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenisnya, untuk memudahkan pengelolaannya,” katanya. Selasa (7/11).
Farida juga berharap pengelolaan sampah di Unhas bisa lebih terpadu, agar sampah yang telah dikelompokkan bisa dikelola lebih baik. “Yah semoga pengelolaan sampah bisa lebih terpadu di tingkat universitas,” tambahnya.
Fakultas lainnya yang mengadakan pemilahan sampah adalah Fakultas Kedokteran. Sudah empat tahun fakultas ini menyediakan tempat sampah sesuai pengelompokan jenis sampahnya. “Kita juga tegaskan untuk buang sampah pada tempatnya di beberapa papan wicara, baik di dalam kelas, maupun di luar kelas. Kita di sini memang dianjurkan untuk menjaga kebersihan,” kata Baharuddin S Sos, Kasubag Umum dan Perlengkapan Fakultas Kedokteran, saat ditemui reporter Identitas. Jumat (16/11)
Namun, walaupun di FK sudah berusaha keras menyediakan fasilitas untuk pemilahan sampah, Baharuddin tetap saja merasa heran saat melihat mobil viar yang mencampur sampah organik dan anorganik di TPS. “Sampah kantin yang basah dengan sampah kertas atau plastik itu kan harusnya dipisah, dan saya lihat digabung saja semua,” tambahnya.
Ia berharap Unhas bisa lebih mandiri mengolah sampahnya, atau mengadakan lomba kebersihan untuk semua fakultas “Seperti sampah daun itu kan bisa dijadikan pupuk kompos. Unhas juga bisa adakan lomba kebersihan, yang bukan hadiah sebagai tujuan utamanya, tetapi keberihan yang utama,” sarannya.
Lain halnya dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang merasa tidak perlu pengadaan tempat sampah untuk memilah sampah. Dr Aminuddin Syam SKM M Kes M Med Ed, Dekan FKM mengatakan yang perlu diutamakan dalam mengelola sampah adalah bagaimana manfaatnya, bukan hanya penampilannya saja. “Untuk apa kita menyediakan kalau sampah basah yang dihasilkan sedikit, kita juga punya keterbatasan finansial jadi lebih baik diarahkan ke tempat yang lebih membutuhkan atau lebih penting,” katanya. Selasa (5/11).
Senada dengan Kasubag Umum dan Perlengkapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Suardi juga mengatakan bahwa tidak perlu pengadaan tempat sampah yang mengelompokkan jenis sampah. “Semua tempat sampah sama saja, karena di sini kebanyakan sampah kertas dan daun, makanya tidak dikelompokan,” ujarnya. Senin (5/11).
Program pemilahan sampah sebenarnya sudah pernah diterapkan Unhas, sejak masa kepemimpinan Prof Dr dr Idrus Patturusi SpB SpBO sebagai Rektor Unhas. Program itu diadakan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan asri.
Pada kepemimpinan Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Rektor Unhas 2014 hingga sekarang, juga pernah dilakukan pengadaan tempat sampah ramah lingkungan, namun ludes dalam perjalanannya.
Ada tiga tempat sampah yang ditempatkan di setiap titik, dan dibedakan warnanya berdasarkan jenis sampah itu. Tong merah untuk kertas, hijau untuk daun, dan sampah basah, serta kuning untuk sampah plastik. Namun program ini tak berlangsung lama.
“Kami pernah sediakan drum tiga warna, kalau tidak salah enam titik kami pasang, namun dalam perjalanannya tidak tahu siapa yang ambil,” ujar Kepala Sub Bagian Rumah Tangga, Morex Rein SE.
Untuk itu, tanpa adanya kesadaran warga kampus untuk menjaga kebersihan, upaya ini hanya akan menjadi angan belaka.
Penulis : Nurmala