Teripang atau yang lebih dikenal dengan Timun Laut adalah hewan laut yang bergerak lambat dan bertubuh panjang. Sejatinya, hewan tak bertulang belakang ini, biasanya ditemukan di dasar laut. Ia tersebar luas hampir di seluruh perairan Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan (Sulsel). Teripang juga salah satu hewan laut yang memiliki banyak manfaat. Selain diolah menjadi makanan, tentunya Teripang dapat dijadikan bahan pembuatan obat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Hal itu menjadikan hewan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Meski begitu, pengolahan Teripang masih belum optimal khususnya di Sulsel. “Petani di sini masih menggunakan sikat kain, sikat besi ataupun pecahan karang untuk membersihkan, sehingga tidak efektif dari segi waktu, dan kurang maksimal membersihan teripang, membuat harga jual Teripang menurun,” jelas Syafriman, mahasiswa Ilmu Kelautan Unhas, Jumat (30/11).
Lebih lanjut ia berkata, pembersihan dengan metode konvensional akan menyisakan lendir dan isi perut. Hal itu menyebabkan Teripang menjadi tempat hidup baru bagi bakteri dan mempercepat pembusukan.
Hal itulah yang mendorong Syafriman Ali bersama kedua temannya Simon (Teknik Mesin) dan Nur Hayati (Akuntansi) membuat Alat Inovatif Pembersih Teripang (Alinesia). Ia berharap, pekerjaan masyarakat khususnya petani Teripang dapat lebih mudah, cepat, dan kualitas Teripang yang dihasilkan jauh lebih baik dibanding dengan metode manual.
Diketahui Teknologi Alinesia ini masih sebatas prototipe sehingga peluang pengembangannya pun masih sangat besar. Meskipun, alat ini dikembangkan lebih dulu di Pulau Jawa, namun Syafriman lebih mengembangkan pada cara kerja alatnya. Alinesia menggunakan karet plucker sebagai komponen utama dalam membersihkan Teripang. Karet ini mampu membersihkan secara otomatis sampai ke sela-sela yang sulit terjangkau dibanding terknologi sebelumnya. “Selain itu, teknologi sebelumnya masih menggunakan metode manual untuk proses pengeluaran Teripang, sedangkan Alinesia sudah menerapkan sistem semi otomatis,” terangnya.
Cara kerja Alinesia cukup sederhana, hanya membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit. Mulanya Teripang dimasukkan ke dalam alat dan digiling. Selama proses tersebut, Teripang secara terus-menerus dialiri air hingga tercuci bersih. Setelah bersih, barulah hewan ini dikeluarkan melalui saluran output.
Syafriman menyakini, alat yang ia buat memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Di antaranya mampu membersihkan Teripang hingga 50 kilogram selama sepuluh menit. Selain cara kerja yang mudah, sistem pengolahannya juga lebih baku dan efektif. Sehingga tidak memerlukan perebusan berulang yang dapat merusak tekstur Teripang. “Selain kualitas yang dihasilkan lebih baik, dari segi waktu dan tenaga juga lebih efektif dan efisien,” tambahnya.
Di sisi lain, Alinesia masih membutuhkan bahan bakar minyak untuk menjalankn mesinnya. Ia memiliki asa, ke depan alatnya bisa menggunakan panel surya untuk menghasilkan energi sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, Alinesia diharapkan bisa menerapkan Internet of Things (IOT), melihat kemajuan industri 4.0 yang semakin maju.
Dengan begitu para pelaku industri, terutama petani Teripang tradisional tidak lagi ambil pusing dalam hal membersihkan teripang. “Di sini, mereka cukup satu kali melakukan pekerjaan dan semua proses pembersihan teripang sudah terselesaikan oleh sebuah mesin canggih bernama Alinesia ini,” imbuhnya.
Walaupun belum pernah mendapatkan penghargaan, Alinesia sudah beberapa kali mengikuti kompetisi bergengsi baik tingkat regional maupun nasional. Kompetisi tersebut di antaranya Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna di Sulawesi Selatan dan Lomba Karya Tulis Kemaritiman (LKTM) Tingkat Nasional, bidang teknologi yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin.
Syafriman lantas tidak berputus asa, rencananya Alinesia akan didaftarkan lagi pada kompetisi Nasional Mahasiswa. Tentunya, dengan harapan agar Alinesia lebih dikenal dan mendapatkan kemenangan ataupun penghargaan.
Selain harapannya pada kompetisi, Syafriman juga berharap agar teknologi ini dapat di produksi secara massal dan memberi manfaat pada pengusaha teripang tradisional di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan.
Reporter: Hafis