Prof Dwia yang sedang melaksanakan ibadah umroh menyampaikan pandangannya terhadap refleksi Unhas untuk menyambut tahun baru 2019. Dalam tulisannya berjudul Mentari 2019 dan Dermaga Unhas, Dwia memaparkan capaian Unhas di tahun sebelumnya. Tulisan tersebut ia tuliskan di Makkah, Selasa (2/1).
“Mengawali Mentari 2019, tidak ada salahnya untuk kita melihat kembali posisi capaian kita pada tahun 2018, untuk kemudian dilakukan penguatan dalam rangka mencapai cita-cita Unhas,”tulis Dwia dalam pesan yang dikirim Direktur Komunikasi, Suharman Hamzah Ph D di WhatsApp group.
Rektor Unhas yang menjabat dua periode itu menjelaskan, Unhas berada pada peringkat delapan klasterisasi Perguruan Tinggi (PT) se-Indonesia oleh Kemenristekdikti. Komponen sumber daya manusia Unhas berada di peringkat satu.
Pada tataran QA Asian University Rangking (AUR), Unhas berada pada posisi 401-450. Selanjutnya, ada tujuh Program Studi (Prodi) yang memperoleh Akreditasi Internasional sehingga menggenapkan 14 prodi sampai akhir 2018.
Tak hanya itu, sepanjang 2018, ada 32 prodi yang memperoleh akreditasi A dari 42 prodi yang divitasi, sisa nya sepuluh Prodi memperoleh akreditasi B karena merupakan Prodi baru.
“Target PTN BH 80% akreditasi prodi S1 tercapai,”lanjut Dwia.
Selain itu, Unhas dinobatkan sebagai PT terbaik dua Nasional untuk Wirausaha Muda Mandiri. Hal penting lain yang dicapai adalah mendeklarasikan Unhas sebagai Universitas Kemanusiaan
Kemudian, dalam bidang riset, 720 publikasi Scopus dihasilkan oleh dosen dan peneliti Unhas. Karya intelektual yang telah didaftarkan 100 buah berupa paten 20, hak cipta 77 dan merek 3.
Dwia dalam tulisannya juga mengajak para sivitas akademika untuk melakukan refleksi kritis sambil membangun komitmen untuk terus berbenah, berkontribusi, dan secara arif menjadi bagian dari proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan rektor perempuan pertama Unhas ini juga tertuang di dalam tulisannya. Ia berharap tahun 2019 menjadi tahun keberkahan untuk Unhas.
“Prestasi yang membanggakan bukan untuk ajang pameran, tetapi dipertahankan dengan karya dan kualitas. Penghargaan yang bernilai tinggi tidak untuk dijadikan pencitraan, tapi harus dijaga melalui kerja dan sinergitas,”tutupnya.
Suci Islamaeni