Dua tim dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam batal mengikuti lomba Taiwan International Expo (TIE). Sebab dana yang mereka butuhkan tak memadai, pun pihak rektorat tak memberikan bantuan karena kuota untuk anggaran lomba internasional telah cukup.
Pupus sudah harapan dua Tim Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) berkompetisi di kancah internasional. Tim yang diketuai Syahdan bersama dua anggotanya, Hasmirawati Basir dan Ummu Faizah serta tim yang dipimpin oleh Arbaina Syahdinnur dan beranggotakan Anfauziah Eka, batal berangkat ke Taiwan. Setelah dinyatakan lolos, rencananya, mereka akan mengikuti lomba Taiwan International Expo (TIE) yang diselenggarakan TIATRA-organisasi yang bergerak di bidang inovasi dan teknologi- Kamis-Sabtu (27-29/9/2018).
Gayung tak bersambut, dana yang mereka butuhkan tak kunjung terkumpul. “Dana yang kami butuhkan itu sebanyak Rp.42,8 juta. Biaya itu sudah termasuk registrasi, penginapan, dan transportasi,”kata Muh. Syahdan, Sabtu (8/9). Kami pulang balik ke rektorat, lanjutnya, tapi dari pihak birokrasi mengatakan bahwa kuota untuk kegiatan internasional dibatasi, yaitu sekitar 70%.
“Selain masalah kuota yang sudah penuh, alasan lainnya itu kegiatan ini dianggap bukan kegiatan yang kompetitif. Saya juga kurang paham dengan alasan tersebut, padahal ada penilaian terhadap karya yang kami punya,”ucap mahasiswa jurusan biologi itu.
Adapun produk yang mereka buat yaitu Bioetanol dari Alga Laut Kappaphycus Alvarezii dan Teknologi Menambang Emas Nano Menggunakan Alga Spirogyra Peipingensis. Demi menampilkan produk nya tersebut, mereka juga mencoba mencari peruntungan dengan memasukkan proposal ke beberapa lembaga dan menyebar pamflet bantuan dana.
“Dana yang kami dapat dari memasukkan proposal di FMIPA itu Rp. 6 juta. Kemudian, kami juga sudah memasukkan proposal ke beberapa lembaga seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Kalla Group, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kehutanan,”ucap Syahdan.
Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil. “Karena mendengar ada masalah dari pihak rektorat jadi kami batal masukkan ke Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kehutanan, di Baznas itu katanya memang tidak bisa karena ada syarat yang tidak bisa kami penuhi. Sedangkan untuk Kalla Group terlambat konfirmasinya,”jelasnya.
Syahdan pun berharap adanya transparansi dari pihak rektorat sehingga tidak ada lagi kasus seperti mereka. Serupa tapi tak sama, kejadian yang dialami Syahdan dan teman-temannya, juga pernah dirasakan Erwin Gunawan dan timnya.
Erwin, Mahasiswa Kedokteran Gigi, bersama tiga temannya, Ahmad Setiawan Jarigau, Mahasiswa Kedokteran Gigi, Ariansyah dan Fadhil Adam Dzaky, Mahasiswa Fakultas Farmasi, berhasil lolos untuk memamerkan produk mereka di ajang International Invention & Technology Exhibition (ITEX 2018), Kuala Lumpur, Malaysia, (10-12/5).
Akan tetapi, dengan alasan kuota yang sudah cukup, pihak birokrat menolak proposal permohonan bantuan dana dari mereka. Meski begitu, mereka berusaha mencari bantuan dana di tempat lain. Semisal, door to door ke beberapa klinik dosen dokter gigi yang mereka kenal.
“Iya proposal kami ditolak dengan alasan tiap fakultas jatahnya hanya satu tim yang diberikan tiket, itupun cuma maksimal dua orang,”tulis Erwin saat diwawancara via WhatsApp, Sabtu (17/11).
Lebih lanjut, ia menceritakan, mereka hanya memperoleh sedikit bantuan dari perusahaan-perusahaan “yang banyak itu didapat dananya dari kenalan klinik-klinik dosen dokter gigi”. Selain itu, pihak fakultas sendiri memberikan dana Rp 250 ribu bagi tim yang menamakan diri mereka Ewako Gel tersebut.
Saat itu memang ada dua tim yang akan ikut bertanding. Selain tim Ewako Gel, tim Si Manggis Celebes juga berhasil lolos ke ajang serupa. Untungnya, tim yang terdiri atas Mixelia Ade Novianty, Nurfaisya Riandani, Muhammad Shaad Isra, Alwi, dan Julian Marchel Nuruwael dibiayai penuh oleh pihak fakultas.
“Kalau tim dari farmasi (Si Manggis Celebes) mereka dibiayai oleh dekannya jadi aman mereka kalau masalah dana. Kalau saya beda, harus berjuang cari dana di luar,”lanjut mahasiswa angkatan 2015 itu.
Meski begitu, berkat tekad dan usaha yang gigih, tim Ewako Gel tetap berhasil memamerkan produk inovasi mereka: gel pendeteksi plak pada gigi menggunakan kulit rambutan. Pun mereka berhasil meraih medali perak dari ratusan innovator dan inventor dari beberapa negara yang berlaga.
Saat dikonfirmasi, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan saat ini, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin mengatakan, permasalahan tersebut terjadi di masa pengurusan Wakil Rektor Bidang Alumni dan Kemahasiswaan, Dr Abdul Rasyid Djalil. Sehingga ia belum bisa berkomentar banyak terhadap hal itu.
“Sebetulnya memang ada (anggaran dana), tapi tidak tahu berapa karena belum saya bicarakan. Jadi selama ini masih programnya pak Cido,”ucap Arsunan, Jumat (30/11).
Ia juga mengatakan, jumlah anggaran itu sifatnya sensitif dan sebenarnya kalau mahasiswa ingin mengetahui jumlah anggarannya, lebih bagus jika ada yang masuk Majelis Wali Amanah, “karena di MWA mi itu dibicarakan semua anggaran”.
Kalau ada perwakilan mahasiswa di MWA, lanjutnya, mereka bisa memberikan argumen. Apakah anggaran tersebut kurang, lebih atau bagaimana.
Atas semua yang terjadi, Sofyan mengaku pesimis untuk kembali berkarya,”menyurutkan semangat sudah pasti, karena persiapan sudah dilakukan tapi ujung-ujungnya tidak bisa mewakili Unhas karena terkendala biaya,”keluhnya, Kamis (3/1/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan pikiran yang membuat pesimis selalu menghantuinya. Setali tiga uang dengan Sofyan, Riski Iswatum Musi, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tak lagi ingin berharap terlalu banyak untuk mendapatkan bantuan dari pihak Kemahasiswaan.
“Saya sekarang sementara mengajukan proposal juga di kampus, tapi berdasarkan pengalaman beberapa kali kemarin mengajukan dana di kampus untuk mengikuti kompetisi nasional itu sangat terbatas anggaran, dan bahkan kemarin waktu event di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, proposal kami tidak dicairkan. Padahal kami berhasil membawa juara 1 dan best speaker di lomba debat mahasiswa nasional,”terangnya kepada identitas, Senin (14/1).
Proposal yang saya ajukan untuk lomba di UIN Alauddin Makassar, lanjutnya, juga tidak dibantu. Kala itu kami berhasil meraih juara,”berdasarkan pengalaman ini saya mencari sumber dana lain untuk mengantisipasi kejadian yang sama terulang, karena sangat besar harapan saya bisa mengikuti kegiatan di Korea. Oleh sebab itu, saya harus mencari bantuan dana yang cukup”.
Gagasan Riski terkait pendidikan berkualitas untuk semua berhasil lolos seleksi untuk dipertandingkan di tingkat internasional. Rencananya, ia akan mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh Youthnow dan UN Habitat pada 26 Februari 2019 mendatang.
Kegiatan yang didukung Studec International tersebut diikuti peserta internasional di wilayah Asia Pasifik yang berasal dari profesional, pihak pemerintahan, perusahaan dan swasta, serta para pelajar yang tertarik mengenai isu Sustainable Development Goals (SDG’s).
Riski mengatakan, program ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan yang mendorong keterlibatan pemuda di semua kelompok sosial dan regional dalam mengatasi tantangan global. Demi mengikuti kegiatan tersebut, Riski mencoba menggalang dana melalui platform penggalangan dana Kitabisa.com.
Sayangnya, karena tak mendapat dukungan dari pihak fakultas, Riski terpaksa menutup permohonan donasi itu. “Setelah saya menghadap di fakultas kegiatan yang mendapat bantuan itu hanya yang bersifat kompetisi. Dan katanya untuk kegiatan saya itu tidak ada anggarannya,”akunya, Selasa (5/2).
Dengan begitu, Riski benar-benar batal berangkat ke Korea guna memaparkan gagasannya di konferensi internasional. “Padahal di kegiatan itu akan ada penghargaan bagi gagasan terbaik,”pungkasnya.
Tan, May, Cii, M03