“Ada banyak kesempatan. Asalkan mau mengambil tindakan untuk mencapainya.”
Itulah ungkapan dari alumnus Sastra Prancis angkatan 2001, Fitriani Bukri. Saat ini, dia menjadi stakeholder di perusahaan e-commerce (perdagangan elektronik) terkemuka dan berpengaruh di dunia, Alibaba Group.
Sebelum menjadi bagian dari perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma itu, Fitri, sapaan akrabnya, mengawali karir sejak masih di bangku kuliah. Dulunya, putri dari pasangan H. Bukri dan Hj. Syamsuri B pernah menjadi penyiar di salah satu radio anak muda di Makassar (Sonata FM) dan sales majalah sebagai marketer.
Kemudian, ia mendapatkan tawaran dari salah satu laoshi (dosen) Unhas yang ada di sana untuk belajar bahasa Mandarin di Xiamen University, Tiongkok. Namun, tawaran tersebut belum diterimanya lantaran jadwal kesehariannya yang padat dan sudah memasuki tahap menyelesaikan tugas akhir (skripsi).
Walaupun kesempatan pertama tak diambilnya,yang namanya rejeki tak akan kemana. Setelah memperoleh gelar S1, dara berzodiak Scorpio itu mendapatkan kesempatan kedua, yaitu tawaran mengenyam pendidikan diploma Bahasa Mandarin di Xiamen University.
Setelah usai masa studi diplomanya di Tiongkok, perempuan berambut pirang ini berangkat ke Cina. Sebelum keberangkatannya, ada beberapa hal yang dia persiapkan. Misalnnya, mematangkan kemampuan berbahasa Mandarin juga belajar mengenai dunia e–commerce.
“Kurang lebih saya menghabiskan waktu sekitar dua minggu mempelajari bagaimana dunia e–commerce berjalan melalui internet dan teman-teman terdekat,” jelasnya kepada reporter identitas.
Setibanya di negeri Tirai Bambu, perempuan yang pernah bekerja sebagai Order Management Specialist di suatu Business Process Outsourcing (BPO) Company, mendengar banyak cerita tentang besarnya tantangan bekerja di Alibaba Group. Jiwanya merasa tertantang untuk bekerja di perusahan tersebut.
“Awalnya saya ingin tantangan juga suasana baru setelah empat tahun bekerja di perusahaan sebelumnya, saya berpikir inilah tantangan yang selama ini saya cari,” imbuh perempuan yang menyukai tantangan, Senin (20/5).
Lebih lanjut, selain basic requirement, pengagum Jack Ma ini menjelaskan kriteria untuk bisa bekerja di perusahaan Alibaba. Diantaranya, kandidat menguasai bahasa Mandarin dan Inggris, mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat, kreatif, memiliki kepribadian yang unik dan lulusan dari top 100 university di dunia.
Ketika ditanya apa yang menjadi tantangan terbesarnya, perempuan berusia 36 tahun ini mengaku, sangat membutuhkan waktu yang panjang belajar lebih dalam tentang dunia e-commerce dan istilah-istilah yang digunakan dalam bahasa Mandarin.
“Untuk sejajar dengan teman-teman yang sudah berkecimpung di dunia ini, ditambah lagi dengan perbedaan latar belakang budaya dan pendidikan juga membuat perjalanan saya menjadi lebih menantang,” tuturnya.
Meskipun karirnya sukses di kancah internasional, hidup jauh dari kota kelahiran, membuatnya rindu dengan kuliner dan suasana Makassar. Seperti, coto, konro, hingga melepas rindu dengan kue-kue tradisional yang tak ada di Tiongkok.
Sehingga, setiap pulang kampung, dia selalu menyempatkan diri untuk menghabiskan waktunya di Pantai Losari, terutama hari Ahad untuk berolahraga bersama keluarga dan warga sekitar.
Kunci Beradaptasi di Negeri ‘Orang’
Berada di suatu tempat dengan budaya, tradisi, dan agama yang berbeda tidaklah mudah. Bagi Fitri, salah satu kunci untuk bertahan di luar negeri yaitu memahami dan mampu berkomunikasi dengan penduduk lokal.
Selanjutnya, berteman dengan orang lokal dan mencari tahu tentang sejarahnya. Sebab, biasanya itu menjadi inspirasi aktivitas dalam lingkungan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. “Dari situ saya pelan-pelan mulai mengerti dan beradaptasi dengan kebudayaan mereka,” ungkapnya.
Menutup wawancara, perempuan yang hobi traveling dan olahraga ini berpesan kepada anak muda yang ingin ke luar negeri bisa bermanfaat dan menerapkan ilmu yang diperoleh untuk membangun Indonesia. “Berani mengambil langkah dan memanfaatkan setiap kesempatan,” katanya.
Santi Kartini