“Kegagalan bukan titik untuk berhenti, tetapi motivasi untuk berusaha lebih dari yang sebelumnya”
Begitulah yang disampaikan Ade Ilham Tamara Kurniawan saat diwawancarai via WhatsApp. Ade seorang mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang meraih gelar sebagai Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) Unhas.
Menjadi Mawapres tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, ia mesti kerja keras dan jatuh bangun untuk bisa meraih impiannya. Sebelumnya, mahasiswa angkatan 2016 ini telah mempersiapkan diri untuk menjadi Mawapres Unhas sejak semester tiga. Namun, hasil dari usahanya itu belum mampu mengantarkannya meraih gelar Mawapres Unhas, melainkan hanya bisa menjadi Mawapres tingkat jurusan.
Kendati kemudian, kesempatan itu setidaknya memberi jalan bagi pria kelahiran 1 Januari 1997 ini untuk berusaha lebih keras dengan memperbanyak belajar dan mencari referensi dari jurnal-jurnal internasional. “Bagi saya menulis karya yang baik tentunya harus dibarengi dengan pemaparan masalah yang dikaji jelas, harus solutif dan memiliki potensi implementasi, khusus Mapres karna berbasis studi pustaka, sehingga karyanya harus diperkaya dengan literatur dan sumber yang kredibel, mungkin jurnal internasional dan yang termutakhir sebagai nilai tambah,” tulisnya dalam pesan WA.
Tak hanya menyabet gelar Mawapres, pria yang hobi menulis ini juga seringkali meraih juara dalam berbagai kompetisi karya tulis, baik tingkat regional maupun nasional, seperti di antaranya Finalist National Science Week di Universitas Lampung, Finalist Engineering Physics Week di Institute Teknologi Sepuluh November, Finalist Diponegoro Science Competition di Universitas Diponegoro, dan Juara I kompetisi esai tingkat nasional di Universitas Malang.
Dari banyak hal yang dilaluinya hingga bisa menang dalam berbagai lomba, pria yang hobi bermain bola ini akhirnya percaya bahwa setiap orang dilahirkan dengan kemampuan yang sama, yang membedakan hanyalah usahanya. “Kalau dia menang, mungkin usahanya lebih besar dari saya, dan itu tandanya saya harus berusaha lebih keras lagi,” katanya. Senin (22/4).
Sejak saat itu, ia tak lagi minder dan berpikir bahwa orang lain lebih hebat darinya, tetapi ia harus memberikan usaha yang terbaik dalam setiap hal. “Seperti di Pilmapres kemarin, saya sadar banyak yang lebih jago, tapi yang saya pikirkan, saya harus memberikan yang terbaik saja,” lanjutnya.
Salah satu usaha yang cukup baik dalam meraih mimpi dan juara-juara nasional di antara sibuknya kuliah dan laboratorium itu, tak lepas dari manajemen waktu Ade yang baik. Setiap hari ia membuat daftar prioritas yang harus dikerjakannya. Seperti mengerjakan lebih awal sesuatu yang paling urgent lalu mengerjakan perencanaan lainnya.
“Saya selalu ada skala prioritas jangka pendek (harian), target semesteran (setiap semester) yg bisa support untuk raih tujuan utama yang mau kuraih. Jadi, ibarat setiap semester sudah saya planning apa-apa yang mau dicapai,” tambahnya, Minggu (5/5)
Selain manajemen waktu yang baik, tutor Lembaga Bimbingan Belajar Gadjamada tahun 2018 ini sadar bahwa motivasi terbesar dalam meraih impian tak lepas dari dukungan orang tua, keluarga, orang terkasih, juga kawan-kawannya. “Mereka itulah yang mendoakan saya dalam setiap langkahku,” ujarnya, Senin (22/4).
Serangkaian prestasi yang telah diraihnya lantas tak menjadikannya puas. Ia akan tetap melanjutkan mimpi-mimpinya dengan prinsip “kegagalan bukan titik untuk berhenti, tetapi motivasi untuk berusaha lebih dari yang sebelumnya,” pungkasnya.
Nadhira Noor R. Sidiki