RFID yang telah disematkan dalam casing telepon pintar dapat memancarkan sinyal darurat. Hal itu dapat mempermudah tim evakuasi menemukan korban yang tertimpa material bangunan pasca gempa.
Gempa dahsyat yang menghantam Lombok dan Palu beberapa waktu lalu menginspirasi Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Fauzan Alif Anwar, melakukan inovasi di bidang teknologi. Fauzan bersama kedua temannya, Fahmi (Informatika 2017) dan Amalia Widyanis (Fisika 2016) mengembangkan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) untuk membuat alat pencarian korban pasca gempa. Sistem identifikasi berbasis wireless itu mereka terapkan dalam casing sebuah telepon pintar.
RFID yang telah disematkan dalam casing telepon pintar dapat memancarkan sinyal darurat untuk mempermudah tim evakuasi menemukan korban yang tertimpa material bangunan pasca terjadinya gempa. Alat ini kemudian diberi nama Casing SOS Smartphone Milenial (Comel).
“Kami memilih nama Comel karena terdengar unik dan mudah diingat, tidak ada filosofi tertentunya,” kata Fauzan, Senin (1/7).
RFID Reader adalah pembaca titik-titik lokasi dari RFID tag (pemantul sinyal dari RFID Reader yang ditanamkan dalam casing telepon pintar). Sedangkan Raspberry Pi berfungsi sebagai pengolah informasi yang diterima oleh RFID Reader, yang mengolah informasi dari sinyal analog ke sinyal digital. Selanjutnya, LCD berfungsi menampilkan informasi yang telah diolah di Raspberry Pi. Power Supply Unit (PSU) sendiri merupakan sumber daya portabel untuk rangkaian Reader.
Alat tersebut menggunakan sistem radiasi elektromagnetik untuk mengirimkan kode sehingga RFID dapat dilacak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Simulasi pemakaian alat ini antara lain; RFID tag ditanamkan pada casing telepon genggam. Lalu, tim evakuasi yang tiba di lapangan pasca gempa membawa Reader. Alat tersebut terdiri dari rangkaian alat seperti RFID reader, Raspberry Pi, LCD, dan PSU.
Pasca terjadinya bencana, tim evakuasi yang tiba di lapangan akan menyalakan rangkain reader, kemudian RFID Reader melakukan pembacaan radius jarak tertentu pada RFID Tag yang telah tertanam di casing telepon genggam. Ketika RFID Tag masuk ke dalam jangkauan Reader, maka RFID Reader akan berbunyi “beep beep beep” sebanyak tiga kali per detik.
Saat RFID Reader berbunyi, layar LCD akan langsung menampilkan RFID Tag yang terbaca. LCD kemudian dapat menghitung jarak tim evakuasi ke titik objek RFID Tag. Tim evakuasi pun mendapatkan jarak tepat dari RFID Tag. Setelah itu, tim evakuasi melakukan penyelamatan terhadap korban. RFID Reader dapat langsung membaca lebih dari 1 RFID Tag yang tertanam pada casing telepon, sehingga dapat mempercepat upaya penyelamatan.
Namun, alat tersebut masih berwujud prototype sehingga jarak yang dapat dibaca maksimal enam meter. Namun dapat ditingkatkan dengan memperluas jangkauan aksesnya. Teknologi RFID dapat ditingkatkan ke LoRa (Long Range), di mana jarak pembacaannya dapat mencapai puluhan kilometer yang secara otomatis akan memperluas jangkauannya.
Keterbatasan dana menjadi kendala dalam mengembangkan alat ini. Jarak yang dapat dibaca pun masih terbilang pendek. Fauzan berharap agar ke depannya produk ini bisa dikomersilkan lebih luas, dan bisa dilirik oleh pemerintah untuk Teknologi Tepat Guna.
Proses penelitian hingga pembuatan alat ini sendiri memakan waktu kurang lebih 10 bulan, terhitung sejak September 2018 saat pertama kali ide tersebut muncul. Saat ini, alat tersebut sedang didaftarkan untuk mendapatkan hak paten.
“Sejak akhir bulan Juni kami sudah urus patennya, sekarang masih dalam proses,” ungkap Fauzan.
Lebih lanjut, Fauzan menjelaskan, harga untuk casing ini akan disesuaikan dengan harga di pasaran. “Untuk harga tidak beda jauh ji dengan harga-harga casing pada umumnya, tentunya dengan kualitas yang serupa juga. Paling nambah Rp. 10 ribu hingga Rp. 20 ribu dari harga casing untuk teknologi yang tertanam tersebut,” tutupnya.
Urwatul Wutsqaa