Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) kembali merilis hasil klasterisasi perguruan tinggi tahun 2019. Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali mempertahankan peringkatnya pada posisi ke-8 untuk kelompok Perguruan Tinggi Non Vokasi.
Klasterisasi perguruan tinggi tersebut dilakukan oleh Kemenristekdikti setiap tahun. Untuk tahun ini pengumuman hasil klasterisasi dilakukan sehari lebih awal, yaitu 16 Agustus.
Pengelompokan ini bertujuan untuk memetakan perguruan tinggi Indonesia yang berada di bawah naungan Kemristekdikti, agar penyusunan kebijakan dan pembinaan perguruan tinggi Indonesia lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, peningkatan mutu perguruan tinggi dapat lebih terfokus.
Selain itu, klasterisasi itu juga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai performa perguruan tinggi. Ketua Tim Penyiapan Dokumen untuk Klasterisasi PT 2019 Unhas, Suharman Hamzah, PhD menjelaskan, capaian ini menunjukkan bahwa Unhas telah berada pada jalur yang benar dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.
“Tahun ini, klasterisasi perguruan tinggi menggunakan empat variabel, yaitu: input, proses, output, dan outcome. Bagi Unhas, capaian ini menunjukkan mana wilayah yang perlu dioptimalkan pada masa mendatang,” kata Suharman dalam rilis yang diterima identitas.
Keempat variabel tersebut masing-masing memiliki bobot dan seluruhnya terbagi lagi ke dalam 20 indikator. Adapun rinciannya sebagai berikut:
Variabel input memiliki bobot 15%, dengan indikator:
– prosentase dosen berpendidikan S3
– prosentase dosen dalam jabatan lektor dan guru besar.
– rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen.
– jumlah mahasiswa asing
– jumlah dosen asing.
Variabel proses memiliki bobot 25%, dengan indikator:
– pembelajaran daring (online)
– kelengkapan laporan pangkalan data Dikti
– laporan keuangan
– kerja sama perguruan tinggi
– akreditasi program studi oleh BAN-PT
– akreditasi institusi BAN PT.
Variabel output memiliki bobot 25%, dengan indikator:
– kinerja kemahasiswaan
– jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen (Scopus)
– kinerja penelitian
– jumlah program studi terakreditasi international
Variabel Outcome memiliki bobot 35%, dengan indikator:
– kinerja inovasi
– jumlah paten per dosen
– jumlah sitasi per dosen
– kinerja pengabdian kepada masyarakat
– prosentase lulusan yang memiliki pekerjaan dalam waktu 6 bulan.
Pada klasterisasi tersebut, menghasilkan 13 perguruan tinggi yang berada pada kelompok pertama di Perguruan Tinggi Non Vokasi.
“Untuk setiap variabel, Unhas berhasil mencatatkan hasil yang sangat baik. Skor total yang dicapai Unhas adalah 3.036 dari skor maksimal 4,” jelas Suharman.
Khusus untuk variabel input, Unhas bahkan berada di peringkat ke-4 nasional dengan skor 3.874.
“Posisi kita berada di bawah ITB, IPB, dan UGM. Untuk variabel ini kita di atas UI,” tambahnya.
Skor yang berhasil dicatatkan Unhas untuk setiap variabel adalah:
– Input: 3.874 (peringkat ke-4)
– Proses: 3.702 (peringkat ke-10)
– Output: 2.939 (peringkat ke-9)
– Outcome: 2.270 (peringkat ke-11)
Dengan hasil ini, setiap perguruan tinggi dapat mengenali wilayah mana saja yang masih terbuka ruang luas untuk peningkatan.
“Kita tentu berbangga bisa mempertahankan posisi dari tahun lalu. Pada saat yang sama, semua elemen di Unhas mengetahui area mana saja yang harus didorong untuk lebih baik lagi,” tutupnya.
Wandi Janwar