Pada aksi bertemakan #ReformasiDikorupsi September lalu, sebagian besar mahasiswa Unhas menunaikan kewajibannya untuk turut andil turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat. Namun ada yang aneh dari gerakan mahasiswa Unhas kali ini. Massa aksi mahasiswa Unhas terbagi menjadi dua kelompok yaitu Federasi Mahasiswa Unhas dan juga Badan Eksekutif Mahasiswa Unhas. Kemudian hal ini membuat saya bertanya-tanya ‘ada apa dengan gerakan Unhas hari ini?”
Tepatnya 21 Oktober 2019 lalu, Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Unhas sudah berhasil menjawab keresahan saya dengan mengadakan sebuah debat publik. Debat yang diadakan di Taman Sospol ini mempertemukan pemuka dari dua poros pergerakan mahasiswa Unhas yaitu Federasi Mahasiswa Unhas (FM-UH) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Unhas (BEM UNHAS). Pertemuan yang membeberkan sebab musabab adanya dua lingkaran ini, bagi saya pribadi, adalah bukti bahwa adanya perpecahan di dalam gerakan mahasiswa Unhas hari ini.
Perpecahan ini tentu saja menjadi kabar buruk bagi gerakan mahasiswa dan kabar baik bagi pemangku kekuasaan. Solidaritas dan semangat juang yang sama sangatlah dibutuhkan bagi gerakan mahasiswa Unhas. Di tengah gelombang wacana yang tidak pernah usai, mulai dari wacana lingkup kampus sampai lingkup nasional, gerakan mahasiswa Unhas harus mampu kembali kepada idealnya lingkar mahasiswa. Karena seyogyanya sebuah lingkar yang baik akan menghasilkan gerakan yang baik pula.
Idealnya Organisasi Mahasiswa Lingkup Unhas
Pertama ialah satu tujuan. Hal ini diperlukan untuk membangun dasar dan meminimalisir simpang siurnya arah gerakan dari organisasi tersebut. Tujuan dari sebuah organisasi mahasiswa ialah melatih jiwa kepemimpinan setiap mahasiswa yang tergabung di dalamnya. Selain itu, tujuan diadakannya organisasi mahasiswa ialah sebagai alat untuk menjadi pengingat jika ada kebijakan-kebijakan yang tidak berbasis kerakyatan.
Dalam merumuskan tujuan bersama tentu saja rentan dimasuki kepentingan maupun ego yang hanya mementingkan fakultas tertentu. Ego seperti ini haruslah dibuang jauh-jauh agar tidak ada konflik kepentingan di dalam organisasi tersebut. Dalam merumuskan tujuan haruslah didasari oleh identitas Ke-Unhas-an.
Kedua ialah satu lingkaran besar. Untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan bersama, tentu saja harus ada kendaraan yang mengantarkan kesana. Kendaraan tersebut ialah organisasi mahasiswa. Satu lingkaran besar digambarkan sebagai bentuk yang solid dan mewakili segala elemen. Jadi, untuk membentuk lingkaran besar tersebut dibutuhkan kesadaran dan kesepahaman dari setiap Lema fakultas. Selain itu, hal yang paling utama dalam membentuk organisasi mahasiswa lingkup Unhas harus berlandaskan pada prinsip dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa.
Lingkaran besar ini juga tentunya haruslah mempunyai sifat independensi yang kokoh. Independensi ini dibutuhkan untuk menghindari intervensi langsung yang dilakukan oleh birokrat ataupun senior-senior di luar kampus. Hal ini guna memunculkan kemurnian berfikir yang nantinya diimplementasikan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Ketiga ialah satu gerakan. Setelah merumuskan tujuan dan membentuk lingkaran besar yang kokoh, organisasi mahasiswa diwajibkan untuk mengaplikasikan tujuan tersebut dalam bentuk gerakan. Satu gerakan yang dimaksud disini adalah gerakan yang dibangun dan dilaksanakan oleh seluruh Lema fakultas tanpa terkecuali, dan tentunya juga memperhatikan sampai tingkat himpunan jurusan-jurusan di Unhas.
Gerakan organisasi mahasiswa lingkup Unhas harus mempunyai sifat pro-aktif terhadap isu-isu yang beredar di lingkup kampus dan luar kampus. Gerakan lingkaran ini juga harus mempunyai konsistensi mengawal isu tersebut hingga selesai. Di samping itu, gerakan organisasi mahasiswa lingkup Unhas haruslah memperlihatkan keberpihakan dengan berpegangan pada sumpah mahasiswa Indonesia, yaitu tanah air tanpa penindasan, bangsa yang gandrung akan keadalian, dan juga bahasa tanpa kebohongan.
Ketika ketiga unsur di atas sudah rampung, maka hal selanjutnya yang harus diperhatikan ialah perihal pelanjut estafet organisasi. Jenjang pelatihan kader harus benar-benar diperhatikan. Jika kita ibaratkan organisasi mahasiswa adalah api unggun yang tengah menyala, maka tentu saja harus diperhatikan kayu-kayu kering yang dapat memastikan api unggun itu tetap menyala. Subyek yang harus memperhatikan “kayu-kayu kering” tersebut ialah tugas dari para Lema fakutas.
Lembaga mahasiswa fakultas berkewajiban untuk menurunkan pesan kepada masing-masing kadernya untuk memiliki jiwa “almamater merah” tanpa mengesampingkan kultural fakultasnya masing-masing. Selain itu, organisasi mahasiswa lingkup Unhas juga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan dan skill untuk membedah wacana yang berkembang di masyarakat. Hal itu mesti dilakukan karena di dalam lingkup Unhas bukan lagi berbicara rumpun ilmunya masing-masing. Organisasi mahasiswa lingkup Unhas harus benar-benar menjadi alarm bagi kebijakan-kebijakan yang keliru.
Keempat unsur tersebut bisa menjadi bekal untuk merumuskan kembali organisasi mahasiswa lingkup Unhas ditengah kisruhnya dua poros pergerakan mahasiswa Unhas saat ini. Solusi yang dapat dijalankan ialah mengadakan rekonsiliasi di antara dua kubu tersebut. Rekonsiliasi dijalankan dengan itikad baik demi mempatenkan predikat Unhas sebagai poros pergerakan di Indonesia Timur.
Mengutip seorang ahli strategi militer Tiongkok, Sun Tzu mengatakan “Anda akan menang jika seluruh pasukan anda di berbagai level memiliki semangat juang yang sama.” Mahasiswa Unhas harus mempunyai semangat juang yang sama dalam lingkaran yang satu dan solid. Jika saja semangat ke-Unhas-an ada di dalam setiap elemen, yakin saja kemenangan dalam menghancurkan tirani kekuasaan akan tercapai.
Farid Indrastata
Mahasiswa Departemen Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Angkatan 2015