Setiap bencana pasti ada hikmahnya. Siapa sangka anak korban Bencana Kabut Asap kini melejit ke Negeri Matador.
Chatarina Elita Amadea, mahasiswa Program Studi Sastra Arab Unhas angkatan 2019 ini sedang berbahagia. Elita sapaan akrabnya lolos program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2021 yang diadakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Berkat prestasinya tersebut, dara kelahiran 2001 ini diberi kesempatan belajar di Spanyol selama satu semester.
Tidak hanya Elita, namun 20 mahasiswa Indonesia lainnya juga mendapat kesempatan ini. Saat diwawancarai reporter identitas, Elita mengakui awalnya ia sempat pesimis dan tidak menyangka akan terpilih jadi salah satu perwakilan mahasiswa Indonesia. Namun, ia yakin kemampuan menguasai empat bahasa asing yang membantunya lolos program ini.
Elita berkisah, kemampuan bahasa asing ia asah ketika bencana kabut asap melanda daerahnya Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Saat itu tahun 2015 dan ia masih duduk di bangku SMP. Semua sekolah ditutup sehingga proses belajar mengajar berhenti. Berada di situasi yang tidak memungkinkan keluar rumah, Elita akhirnya mengisi waktu dengan nonton film DVD luar negeri, bahkan membaca buku-buku bahasa asing koleksi orang tuanya.
“Seseorang dapat menguasai bahasa ibunya karena terbiasa dengan lingkungan yang menggunakan bahasa tersebut. Dalam menguasai bahasa asing, hal tersebut juga berlaku untuk saya, karena terbiasa sejak kecil menonton dan membaca konten bahasa asing, akhirnya saya bisa banyak bahasa,” ucapnya yang menguasai Bahasa Indonesia, Inggris, Jepang dan Arab.
Alumni SMAN 1 Pinrang ini juga sangat bersyukur hidup di lingkungan yang suportif. Keluarganya terbiasa menggunakan bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari sehingga ia makin fasih. Selain itu, dalam program IISMA 2021, ia juga merasa didukung penuh oleh dosen dan staf di Prodi Sastra Arab Unhas.
Ia berbagi proses yang harus dilalui sebelum menjadi awardee. Pertama, mengikuti seleksi berkas, lalu mengurus sertifikat Bahasa Inggris untuk kebutuhan universitas tujuan. Tidak hanya itu juga ada surat rekomendasi dari prodi, transkrip nilai, surat izin orang tua, dan surat keterangan berbahasa inggris. Di tingkat nasional, ia harus menyertakan esai dan surat pernyataan kesungguhan mengikuti program.
“Awal mula saya dengar program IISMA dari sosialisasi kampus merdeka yang dilakukan oleh dosen di prodi, lalu saya coba daftar. Setelah lolos, alhamdulilah ada dana bantuan dari kampus untuk mengurus kebutuhan yang tidak ditanggung oleh Kemendikbud, seperti pembuatan visa di Jakarta,” katanya saat diwawancara via telepon, Senin (16/8).
Kini, Elita tengah mempersiapkan studinya di University of Granada. Ia berencana berangkat ke Spanyol pada tanggal 26 September 2021. Setelah kembali sebagai alumnus program beasiswa IISMA pada 23 Desember 2021. Ia merasa senang sekali karena ketika sampai di sana, pemerintah Spanyol selaku pelaksana program telah menyiapkan asrama bagi mahasiswa penerima beasiswa. Jadi, ia tidak perlu khawatir akan kesulitan mencari tempat tinggal.
Elita bertekad sepulang dari Spanyol nanti, ia mau mendirikan komunitas menulis. Perempuan yang gemar membaca ini ingin mengajak banyak orang untuk menulis tentang Islam dan juga Sastra Arab. Saat ditanya siapa yang menginspirasinya, Elita menceritakan sosok Agatha Christe. Pengidap disleksia yang menghasilkan banyak karya. Tidak tanggung-tanggung bukunya diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
“Saya ingin orang banyak tahu tentang fakta-fakta tentang Sastra Arab terutama dari berbagai sudut pandang, tentang sisi lain dari ilmu Bahasa Arab dan tentang bagaimana cara belajar bahasa yang sangat menyenangkan,” ungkapnya.
Di akhir perbincangan, Elita berbagi bahwa keputusannya fokus belajar Sastra Arab sempat ditentang oleh ibunya. Sang ibu menginginkan perempuan kelahiran Kalimantan ini kuliah jurusan diplomatis seperti Hubungan Internasional. Tapi, Elita berjodoh dengan Sastra Arab, pilihan keduanya ketika seleksi masuk perguruan tinggi.
Ia bertekad lebih tekun belajar Bahasa Arab karena dengan mengerti bahasa ini maka bisa beribadah dengan lebih baik lagi. “Dengan mengerti bahasa Arab, membaca al-Qur’an dan mendirikan sholat jadi lebih khusyuk karena paham maksud bacaannya,” tutup Elita.
Anisa Luthfia Basri