Sebagai Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTNBH) Universitas Hasanuddin dituntut untuk inovatif dan kreatif agar dapat bersaing di tingkat dunia. Mewujudkan hal tersebut, kampus meluncurkan program Smart Card pada 2018, Sikareba pada 2020 , dan Unhas Pay yang diluncurkan 2021.
Dalam penerapannya ternyata inovasi tersebut belum berjalan sebaik fungsi yang diciptakannya. Belum terlaksana dengan baik seperti kurangnya mahasiswa yang mengetahui, dan belum optimalnya inovasi ini untuk digunakan.
Smart Card merupakan kartu yang terdiri dari chip semikonduktor yang dilapisi kartu plastik dengan software baik pada kartu reader, dan server yang mengontrolnya berfungsi sebagai absen digital, dan kunci masuk beberapa ruangan seperti laboratarium, dan ruang staff.
Dikutip dari Bundel Identitas 2018, Smart Card ini masih dalam tahap pengembangan dan uji coba. Elyas Palantei ST MEng Ph D sebagai pengembang Kartu Pintar ini, mengatakan smart card masih beroperasi hingga saat ini. Lokasi percontohan terbesar di Fakultas Teknik yang mencakup akses kontrol di ruangan pimpinan, akses ruang kelas (terbatas jumlahnya) dan akses kontrol laboratorium.
Penetrasi penerapan teknologi Smart Card dan reader versi produksi 2016-2018 yang diproduksi oleh Konsorsium Smart Card Indonesia (KSCI) hampir diinstalasi dan dioperasikan pada semua departemen di lingkungan Fakultas Teknik, Kampus Unhas, Gowa.
Dosen Teknik Elektro ini mengungkapkan total perangkat reader terinstalasi sekitar 20 buah dan jumlah kartu pintar yang tersebar ke kalangan dosen, pegawai, dan mahasiswa hampir sekitaran 600 kartu.
“Beberapa lokasi lainnya yakni Fakultas MIPA, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Hukum dan beberapa lokasi di Gedung Rektorat,” ujarnya, Minggu (20/2)
Salah satu mahasiswa Teknik Informatika, Muh Ody Alifka mengetahui Smart Cart masih tahap uji coba dulu. “Sekarang sudah tidak tahu lagi mengenai kartu itu. Saya juga tidak pernah dapat kartunya,” ujar mahasiswa angkatan 2017.
Setelah diobservasi lebih lanjut di Fakultas Hukum, Pertanian dan Ilmu Kelautan dan Perikanan tidak terdapat perangkat reader dalam pintu ruang dekanat.
Tidak jauh berbeda, dengan Sikareba, website yang berfungsi sebagai paltfom permohonan izin kegiatan untuk lembaga kemahasiswaan di Unhas. Sejak awal sosialisasi yang dilakukan tidak mencangkup semua lembaga di kampus.
Ketua Himpunan Mahasiswa Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik periode 2020/2021, Muhammad Alfian Eurico mengatakan tidak pernah mendapatkan sosialisasi mengenai Sikareba.
”Saat menjabat kemarin tidak pernah dapat info soal Sikareba, apalagi mendapatkan sosialisasinya,” ujarnya, Kamis (10/2).
Berbeda dengan Sekretaris Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI) 2020, Nur Naningsi menjelaskan pernah menggunakan Sikareba untuk perizinan kegiatan. Adanya Sikareba menurutnya lebih efektif karena diurus melalui daring.
”Walau memang terkadang pihak kampus atau admin-nya lagi sibuk yang dimana akan delay dalam pengurusannya. Kalau sudah lewat 5 hari tidak direspon, kami langsung saja ke rektorat,” ujar ningsih, Jumat (11/02)
Ningsih juga mengakui masih banyak yang belum tahu mengenai sikareba ini. Kurang sosialisasi dan banyaknya UKM yang lebih nyaman mengurus langsung ke rektorat.
Kepala Biro Adiministrasi Kemahasiswan Unhas, Drs Mansur Msi mengatakan website Sikareba sudah di sosialisasikan secara langsung kepada undangan beberapa lembaga pada 2020. Ia juga menambahkan memang tidak semua lembaga Unhas yang hadir dalam sosialisasi tersebut.
“Kami memberikan tanggung jawab kepada pihak fakultas, Wakil Dekan Kemahasiswan menginformasikan kembali mengenai Sikareba ini kepada BEM dan himpunan,” ujar Mansur dalam wawancaranya, Rabu (16/2).
Website yang dirancang awal pandemi ini bermanfaat memudahkan perizinan. Namun kurangnya sosialisasi membuat banyak yang belum mengetahui Sikareba.
Setali tiga uang, dengan Unhas Pay, yang diluncurkan pada april 2021. Unhas Pay merupakan aplikasi platform pembayaran berbasis digital. Dikutip dari Identitas Unhas, Kepala Science Techno Park (STP), Prof Dr dr Wardihan Sinrang MS CWM mengungkapkan hal yang melatarbelakangi pembuatan aplikasi ini.
“Guna mendorong dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi. Kami mencoba membuat aplikasi finansial yang menyediakan berbagai layanan, yang memuat fitur e-wallet, media sosial dan marketplace,” ujar Wardihan.
Unhas Pay belum digunakan secara maksimal, bahkan masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui mengenai aplikasi ini. Mahasiswa Teknik Pertambangan, Wardiyansyah Mashuddin mengaku tidak pernah mendengar aplikasi ini.
Begitu juga dengan Andi Sitti Rahmah, Mahasiswa Prodi Fisika. “Saya belum pernah dengar dan juga belum tahu mengenai Unhas Pay ini,” saut mahasiswa angkatan 2019, Kamis (10/2).
Delapan bulan dari peluncuran Unhas Pay telah mendapatkan ulasan, hal ini dapat dilihat dalam rating aplikasi pada Google Playstore, salah satu pengguna Firmansyah mengungkapkan kekecewaanya pada 11 Desember 2021.
“Saya masih bingung cara kerjanya, mungkin karena baru launching atau gimana? Tidak sesuai ekspektasi, saya kira semacam e-wallet yang bisa transaksi dan cek saldo, namun ternyata isinya berita-berita,” ujar firman di laman ulasan.
“Wajar saja jika memberi rating seperti itu karena memang aplikasinya belum optimal. Masih masa uji coba dan kita lihat lagi pemantapannya. Apabila dibandingkan dengan aplikasi lain pasti kalah, karena masih ada komponen yang belum lengkap,” jawab Prof Wardihan.
Dari Smart Cart, Sikareba hingga Unhas Pay menunjukkan sering kali hanya meluncurkan inovasi yang masih dalam tahap pengembangan. Belum optimal dalam penggunaanya. Walaupun begitu, inovasi pertama dan kedua telah lama diluncurkan, nyatanya masih berjalan di tempat.
Iya