Panas matahari masih terasa menyengat di kala Jabbar sedang beraktivitas di depan kediamannya, di wilayah pemukiman Workshop Universitas Hasanuddin (Unhas). Anak berumur 12 tahun itu terlihat sibuk menggergaji serpihan besi yang diperolehnya.
Jabbar merupakan seorang anak dari pengepul sampah plastik dan barang bekas di wilayah itu. Di lingkungan yang dipenuhi barang-barang bekas itu, ia menetap bersama ayah, ibu, dan adik lelakinya.
Kepada identitas, Minggu, (18/9), ia menceritakan bahwa dirinya dan keluarganya, pindah ke daerah kumuh tersebut sejak 2019 silam akibat penggusuran di tempat tinggal sebelumnya, di Perumahan Kodam Bumi Tamalanrea Permai (BTP).
Profesi sebagai pemungut barang bekas telah dilakoni oleh keluarganya sejak lama. Bahkan sebelum pindah ke wilayah sekitar Unhas.
Kondisi lingkungan tempat tinggal Jabbar yang kumuh nampak berbanding terbalik dengan pemandangan kampus Unhas dan Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) yang berdiri megah di sebelahnya.




Deretan potret tersebut hanyalah secuil kisah yang memperlihatkan kondisi disparitas ekonomi dan sosial di Kota Makassar, dari ratusan ribu orang yang bernasib sama di luar sana.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, jumlah warga miskin di Kota Makassar sebanyak 74.690 jiwa. Angka itu terus meningkat dari dua tahun sebelumnya, yakni 69.980 jiwa pada 2020 dan 65.120 pada 2019.
Foto dan Naskah: Zidan Patrio