Berakhirnya masa jabatan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin periode 2021-2022, Imam Mobilingo menandakan kursi kepemimpinan BEM Unhas atau biasa disebut BEM U siap diisi oleh wajah baru. Sontak tersiar kabar bahwa akan dilakukan Pemilihan Umum Raya (Pemira) yang diperuntukkan dalam memilih presiden BEM U selanjutnya.
Jika kita melihat ke belakang, Imam Mobilingo dan presiden BEM U periode 2019-2020, Abd Fatir Kasim dipilih menggunakan sistem delegasi. Mekanismenya, sistem tersebut meminta lima perwakilan suara dari setiap fakultas yang menyetujui adanya BEM U. Alasannya pun terbilang cukup masuk akal, karena Sumber Daya Manusia (SDM) dan dana yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem sekelas Pemira tak sedikit.
Dilansir dari bundel identitas, Pemira terakhir kali dilaksanakan pada 2006 dengan menggunakan sistem partai. Adapun partai yang tergabung berhak mengajukan calon presiden yang mereka usung seperti halnya sistem Pemilihan Umum (Pemilu) di sebuah negara. Saat itu, ada delapan partai dan enam calon presiden yang tercatat dalam Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai peserta Pemira.
Saat ditanya rencana isu Pemira, Imam Mobilingo membenarkan hal tersebut, namun tak bisa memastikan kapan tepatnya kegiatan itu akan dilaksanakan. “Rencana akan diadakannya Pemira memang telah kami bahas, namun untuk pelaksanaannya belum bisa kami pastikan kapan,” ucapnya melalui panggilan suara, Kamis (16/03).
Serupa dengan Imam, Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) BEM U periode 2021-2022, Achmad Fauzan memperjelas wacana tersebut dengan menyampaikan bahwa tahapan yang telah dilakukan telah mencapai pra pelaksana.
“Untuk menuju pelaksanaan (Pemira) itu memerlukan banyak unsur pendukung, dari pra pelaksana, pelaksana, dan pasca pelaksana. Bisa dikatakan saat ini kita berada di tahap pra pelaksana,” tulisnya saat dimintai keterangan melalui pesan singkat, Kamis (16/03).
Walaupun sudah berada di tahap pra pelaksana, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tahap pelaksanaan belum jelas akibat bimbangnya BEM U terhadap mekanisme yang akan digunakan. Pertimbangan dua pilihan mekanisme untuk Pemira, yakni sistem partai dan sistem BEM fakultas belum disepakati.
“Kami terperangkap dalam memilih dua mekanisme, apabila sistem partai yang digunakan, hal tersebut akan menganggu supremasi Lembaga Mahasiswa (Lema) tingkat fakultas, sedangkan untuk sistem BEM fakultas juga akan sulit sebab masih banyak lema fakultas yang tidak mendukung BEM U,” tutur Fauzan, Kamis (30/03).
Sistem BEM fakultas tersebut menghendaki agar para calon presiden mendapatkan persetujuan dari lema fakultas masing-masing. Sistem ini menurut Fauzan, jika digunakan akan mempercepat proses dari Pemira.
“Waktu yang digunakan jika sistem partai digunakan adalah satu sampai dua bulan, sedangkan sistem BEM fakultas hanya butuh sebulan saja,” lanjutnya.
Selain mekanisme, terhambatnya proses menuju Pemira dikarenakan kurangnya SDM. Pembentukan KPU yang benar-benar independen membutuhkan SDM yang layak. Terlebih jumlah KPU yang dibutuhkan sekitar 20-30 anggota.
BEM FKG yang tergabung dalam BEM U, setuju dengan adanya Pemira dan berharap BEM U mengadakan sebuah forum diskusi yang melibatkan seluruh komponen mahasiswa Unhas untuk membahas Pemira ke depannya.
Presidium BEM FKG, Ipin memandang bahwa Pemira bisa menjadi ajang berkumpulnya seluruh mahasiswa Unhas. “Ini bisa menjadi salah satu momentum untuk melibatkan kembali seluruh komponen mahasiswa Unhas dalam BEM U,” terangnya, Senin (27/03).
Namun, sikap lema fakultas terhadap BEM U yang sangat kurang juga membuat munculnya rasa skeptis terhadap pelaksanaan Pemira.
Saat dimintai tanggapan, Presidium Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas, Ical menolak akan ikut serta apabila Pemira benar akan dilaksanakan, pertimbangan utamanya karena BEM U bukan lagi menjadi roda pergerakan.
“Kami tidak dapat mengikuti Pemilu tersebut dan sebaiknya kita membuat wadah pergerakan yang inklusif dengan alasan kita tidak diintervensi langsung oleh aturan birokrasi,” ungkapnya, Jumat (24/03).
Selaras dengan FEB, BEM Keluarga Mahasiswa (KM) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) juga menolak untuk terlibat dalam Pemira dikarenakan menganggap bahwa BEM U adalah lahan untuk orang-orang yang ingin mencari kepentingan.
“Kami pastinya tidak akan terlibat, kalaupun ada mahasiswa FIB yang terlibat, itu bukan bagian dari kami,” tegas Presiden BEM KM FIB, Syahril Lesbatta, Sabtu (25/03).
Sama halnya BEM Kema Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas yang telah menolak terlebih dahulu eksistensi dari BEM U. “Sampai detik ini tidak ada alasan yang kuat untuk BEM Faperta Unhas bergabung di BEM U. Kehadiran Pemira ini hanya justru membuat lembaga fakultas berkonflik di internal, baik sesama mahasiswa, pihak dekanat, dan di luar lembaga,” jelas Presiden BEM Faperta Unhas, Reski, Selasa (28/03).
Walaupun banyak pertentangan yang terjadi, BEM U tetap membuka ruang untuk para lema fakultas bergabung dan terlibat dalam Pemira yang akan dilakukan.
“Kami tetap mengajak teman-teman dari luar untuk bersama-sama membangun kembali BEM U, karena ibarat kapal yang rusak, kita tidak bisa memperbaikinya jika hanya di luar, namun kita harus masuk ke dalam kapal tersebut,” pungkas Fauzan, Kamis (30/03).
Koordinator:
Achmad Ghiffary M
Anggota:
Muhammad Yuan Fauzil
Satria Pratama Putra