Prestasi kampus saat ini tidak terlepas dari peran mahasiswa. Berbagai prestasi yang diraih turut membantu Unhas dalam pemeringkatan, baik secara nasional maupun internasional. Namun pada kenyataannya, kampus terbaik di Indonesia Timur ini masih belum maksimal dalam mendukung pengembangan prestasi yang ditorehkan mahasiswa, terkhusus terkait pendanaan.
Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) sebagai wadah pengembangan kegiatan mahasiswa kurang mendapat dukungan, utamanya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Pendanaan untuk kegiatan UKM masih memiliki kendala yang cukup dirasakan. Seperti yang disampaikan Koordinator Forum Bersama (Forbes) UKM Unhas, M Nur Fitrah terkait lambatnya pencairan dana membuat program kerja hingga ajang perlombaan yang akan diikuti menjadi terhambat.
“Forbes sendiri melihat kehati-hatian (untuk penggunaan dana) dan ketika dibiayai itu sangat terbatas, sekitar satu sampai dua orang saja. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu itu sangat berbeda,” ujar Mahasiswa Hubungan Internasional tersebut, Jumat (31/03).
Menurutnya, kurangnya dukungan dalam hal pendanaan ini menjadikan mahasiswa pesimis dan berdampak pada prestasinya. “Takutnya dengan ini, tidak memberikan banyak support atau optimisme terhadap teman-teman yang melaksanakan lomba, kemudian akan berdampak pada prestasi dari teman-teman UKM,” ungkapnya.
UKM Fotografi misalnya, lambatnya pendanaan yang cair berdampak pada kurangnya minat anggota untuk melakukan hunting foto bulanan. “Anggota fotografi langsung turun minatnya untuk pergi hunting bulanan, karena dana yang dipakai dana pribadi,” jelasnya, Senin (08/05).
Senada dengan hal tersebut, 13 atlet UKM Karate gagal mengikuti kejuaran internasional yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret (UNS). Ketua UKM Karate Unhas, Nurnaningsih menuturkan, proposal pendanaan yang diajukan di rektorat untuk mengikuti perlombaan tersebut hanya dapat menanggung biaya pendaftaran.
“Disposisi awal bertemu Kasubdit Kemahasiswaan, Pak Irdam, saat itu pihak kemahasiswaan mau tanggung konsumsi dan pendaftaran, karena untuk tiket itu berat. Tapi setelah ia berbicara dengan Direktur Kemahasiswaan, katanya yang ditanggung itu hanya biaya pendaftaran, kalau tanggung konsumsi takutnya UKM lain istilahnya itu cemburu,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, seperti yang dikatakan Irdam, jumlah biaya yang dikeluarkan UKM Karate melebihi jatah yang seharusnya. “Pendaftaran itu jumlahnya sekitar enam jutaan karena kita isi semua kelas (kategori). Pak Irdam juga bilang kalau masih banyak sekali UKM lain, dan UKM Karate sudah lebih jatahnya,” lanjutnya.
Nurnaningsih menambahkan, Kasubdit Kemahasiswaan memberi solusi dengan memasukkan proposal ke fakultas setiap mahasiswa yang akan mengikuti lomba.“Saya coba ajukan proposal ke beberapa fakultas, ada beberapa fakultas yang menyuruh meminta dana di Rektorat karena UKM itu bukan dinaungi fakultas,” lanjutnya.
Kasubdit Kemahasiswaan, Irdam Ferdiansyah, Selasa (09/05) membenarkan bahwa ia memberi saran tersebut karena yang dapat ditanggung rektorat itu terbatas.
“Kita tidak bisa support keseluruhan, karate ingin memberangkatkan 13 atlet dan biaya pesawatnya saja rata-rata dua juta, PP (pulang pergi) empat juta, dikali 13 sudah 50 juta, tidak mungkin kami berikan 50 juta, tetapi tetap ada dana yang kami berikan cuma tidak sebesar itu. Pertimbangannya mungkin itu tidak cukup sehingga mereka membatalkan untuk pergi,” jelas Irdam.
Ia juga menyampaikan, seharusnya UKM memahami jika tidak semua proposal dapat didanai. “Kita keterbatasan dana. Bukan hanya UKM yang didanai, tetapi ada juga porsi kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut kemahasiswaan,” tuturnya.
Dosen Fakultas Ekonomi tersebut menambahkan, sudah dilakukan pertemuan kepada setiap UKM pada Selasa (02/05) dan Kamis (04/ 05) untuk melakukan penyamaan persepsi terkait pendanaan skala prioritas dari UKM dan universitas. Idealnya memang setiap kegiatan didanai, namun porsi keuangan yang terbatas maka digunakan skala prioritas. Hal ini juga membuat UKM lebih terencana dalam melakukan kegiatan.
“Makanya dipanggil supaya menyampaikan yang mana menurut UKM penting dan yang menurut gambaran kami penting, kami minta UKM untuk membuat prioritas program kerja yang akan didanai,” tambahnya.
Irdam menambahkan, bentuk penyaluran dana sama seperti tahun sebelumnya. Alurnya dari meminta rekomendasi, memasukkan proposal lalu didisposisi oleh Direktur Kemahasiswaan, ke bagian keuangan lalu didiskusikan besaran bantuannya. Hal ini dilakukan guna membuat UKM belajar bertanggung jawab.
“Yah, jadi modelnya sekarang ini tetap. Kita kan dalam hal ini sebetulnya berproses. Kita berproses, UKM juga berproses, berprosesnya adalah belajar untuk bertanggung jawab, (karena) keuangan biar bagaimanapun kami harus melaporkan (pertanggungjawabannya) juga,” tandasnya.
Pendanaan merupakan hal yang sangat penting bagi kegiatan kemahasiswaan. Kurangnya dukungan dalam pendanaan bisa saja berdampak besar bagi prestasi UKM di Unhas.
AMH, ODT