“Kalau mau jalan cepat, jalanlah sendiri. Kalau mau jalan jauh, jalanlah bersama-sama.”
Prinsip ini menjadi alasan pemilik creative digital agency, Skena Wahana Kreatif, Iksan Bangsawan untuk mulai mendirikan usaha kreatifnya. Dari Crovia yang hanya berbasis di Kota Makassar, hingga Skena yang berskala nasional, Iksan kini memiliki banyak klien-klien besar.
Bermodalkan kejuaraan olimpiade di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Iksan berhasil masuk di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin melalui jalur undangan atau kini dikenal sebagai Seleksi Nasional Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) pada tahun 2011.
Setelah lulus, pria asal Kabupaten Bone ini memutuskan untuk berkelana jauh meninggalkan kota kelahirannya. Ikhsan mendapatkan kesempatan tawaran proyek dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan memutuskan untuk mencoba peruntungannya di ibukota. Ini menjadi langkah awalnya dalam dunia perantauan yang penuh tantangan.
Sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD), Iksan mulai memiliki ketertarikan yang kuat pada dunia komputer dan digital. Ia mulai menjelajahi internet dan menemukan karikatur Albert Einstein yang menginspirasinya, dan bercita-cita agar suatu hari nanti orang-orang juga dapat menemukan namanya di internet.
Mengingat tidak adanya media sosial seperti Facebook dan Instagram pada waktu itu, menulis di blog menjadi langkah pertama Iksan untuk membangun kehadirannya di dunia maya. Menulis di blog merupakan jalan yang pada saat itu menjadi peluang besar bagi orang-orang agar namanya muncul di internet.
Ketertarikan Iksan pada dunia kreatif dan desain grafis dimulai pada tahun 2008, saat itu ia mulai membuat berbagai desain untuk kegiatan di sekolahnya. Selama berkuliah, mantan Graphic Designer Flock Indonesia ini juga mewarnai kehidupannya dengan aktif berkomunitas, berjualan online, dan belajar tentang marketing.
Karirnya di dunia kreatif dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa. Iksan berhasil mendirikan sebuah studio kreatif pada tahun 2014, yang dikenal sebagai Studio Kreatif Crovia. Meskipun studio ini harus berhenti beroperasi karena proyeknya bersama Kemdikbud di Jakarta, Iksan tidak menyerah. Dia tetap gigih dalam mengejar mimpinya di dunia kreatif.
Selama di Jakarta, banyak tantangan dan hambatan yang Iksan alami. Alumni Teknik Sipil Unhas tahun 2017 ini bahkan harus rela tidur beralaskan lantai di sebuah tempat yang pada saat itu masih digunakan sebagai gudang bersama satpam.
Namun, pada Januari 2020, berbekal ilmu, pengalaman, dan relasi yang ia miliki, Iksan mencoba mengajak beberapa temannya untuk mendirikan sebuah agensi. Respon positif yang diterima dari teman-temannya kemudian melahirkan sebuah agensi kreatif yang saat ini dikenal dengan nama PT Skena Wahana Kreatif.
Nama “Skena” sendiri diambil dari bahasa Inggris “scene,” yang dalam konteks film merujuk pada potongan gambar atau adegan. Hal ini mencerminkan visi Iksan tentang Skena sebagai kelompok orang yang memiliki minat yang sama dalam bermain di dunia kreatif.
“Kalau di kepalaku sih Skena itu semacam sekelompok orang yang memiliki minat yang sama. Makanya namanya Skena Wahana Kreatif, orang-orang yang berkelompok (yang seakan-akan) bermain wahana kreatif,” ujarnya, Kamis (14/09).
Hingga saat ini, Skena telah memiliki banyak klien yang tertarik dengan jasa yang ditawarkannya. Kliennya pun beragam, mulai dari usaha-usaha kecil seperti usaha jualan makanan hingga klien perusahaan besar seperti Gojek dan Telkomsel. Keberhasilan Skena adalah bukti nyata dari tekad dan kerja keras Iksan serta timnya dalam meraih kesuksesan di dunia kreatif.
Dengan teknologi, mengedit video yang awalnya dapat berjam-jam dapat dipersingkat hingga 2 kali lipatnya. Sehingga banyak waktu kosong yang dapat digunakan untuk melakukan hal lain seperti beristirahat yang cukup ataupun hal produktif lainnya.
Ia mengingatkan bahwa teknologi adalah alat yang kuat, dan tidak boleh takut terhadapnya. Sebaliknya, teknologi harus dimanfaatkan dengan bijak agar kita memiliki lebih banyak waktu untuk kegiatan lain yang produktif.
“Jangan sampai kita malas karena teknologi, tapi manfaatkan teknologi supaya kamu bisa malas-malasan,” pungkasnya.
Muhammad Mukram Mustamin