Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas), telah berlalu. Salah seorang atlet Unhas, Aisyah, mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), berhasil mempersembahkan medali emas untuk Unhas. Meraih medali emas dari cabang bela diri kempo kategori Randori Pi (Putri) Kelas 45 kg.
Tapi siapa nyana, meski mempersembahkan medali emas dari kempo, ternyata gadis manis dari pasangan Hamzah dan Mariati ini, bukan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kempo Unhas.
Lantas, di mana selama ini gadis yang doyan bakso ini, belajar dan berlatih kempo? “Saya berlajar dan berlatih kempo sejak saya masih duduk di bangku SMKN 4 Makassar di tahun 2011. Waktu itu, sebagai siswa baru kami diperkenalkan tentang jenis-jenis ekstrakurikuler (Ekskul), dan salah satunya adalah kempo. Saya tertarik dengan ekskul ini,” jelas Icha, panggilan akrabnya, saat dihubungi identitas.
Menurutnya, mengikuti sejumlah kejuaraan kempo bermula kejuaraan Popda (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) tahun 2012. Dia berhasil meraih Juara III dengan medali perunggu. Selanjutnya, tahun 2013 kembali mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda) dan berhasil menyabet emas untuk kelas 39 kg saat praporda.
Di ajang kejuaraan POPDA 2014, prestasinya kembali melambung dengan meraih Juara II dengan medali perak. Pada Pekan Olahaga Daerah (Porda) 2014 ia bahkan memperoleh dua medali, emas untuk Randori dan perak untuk Embu. Pada Praporda 2017 memperoleh emas untuk kelas 48 kg.
Puncaknya, ketika meraih medali emas pada POMNas baru-baru ini. Tidak tanggung-tanggung pada kejuaraan tersebut meraih sekaligus tiga medali emas. Pencapaian luar biasa ini, bukannya mengganggu perkuliahannya. Icha mampu memenej waktunya kapan saatnya berlatih dan kapan saatnya mengerjakan tugas-tugas kuliah. “Latihan menyesuaikan, apalagi biasanya latihan dilaksanakan pada sore hari, sehingga tidak mengganggu jadwal kuliah,” ungkapnya.
Menjadi atlet terpilih yang mewakili daerah tentu saja menjadi kebanggan tersendiri bagi Icha. Walau begitu, tak lantas membuatnya tinggi hati, dia justru menganggap hal tersebut sebagai sebuah amanah dan harus dipertanggungjawabkan. Sayangnya, dengan prestasi-prestasi yang telah ditorehkan, Icha merasakan kesejahteraan atlet masih kurang diperhatikan.
“POMNas baru-bari ini kami berhasil mempersembahkan medali, tapi sepertinya kurang dihargai, baik oleh pemerintah maupun pihak kampus. Paling tidak, ada penghargaan berupa beasiswa atau bebas UKT barang satu semester,” harapnya.
Icha pun sedikit terbuka atas kekecewaannya karena sebelum mengikuti kejuaraan POMNas ini, para atlte diiming-imingi transportasi untuk latihan dan training camp termasuk bonus ketika mempersembahkan medali. “ Mana janji-janji itu?”
Disinggung faktor pendukung dalam meraih sejumlah prestasi tersebut, Icha bilang dukungan dan support dari orang-orang terdekat menjadi motivasi terbesar untuk terus berjuang dan berusaha. Dia mengungkapkan dukungan orang tua sangat memberi motivasi dan semangat. “Di kempo juga punya filsafat; Taklukkan dirimu sebelum menaklukkan orang lain. Jadi, kalau mau juara mesti lawan capek, taklukkan sifat malas, lawan rasa bosan, dan jauhkan kata-kata tidak bisa atau susah,” tuturnya.
Menurutnya, persaudaraan dan kekompakan sangat erat sekali. “Meskipun kita hanya bertemu di arena pertandingan, tapi kami saling menghormati. Kami mempunyai janji dan ikrar saling menghormati dan tidak meremehkan bawahan, serta saling mengasihi dan saling menolong, itulah yang kami junjung tinggi,” jelasnya.
Di tengah kesibukannya mengikuti berbagai lomba yang menuntutnya menjadi juara, perempuan yang gemar dance bertekad menyelesaikan studi secepatnya. Untuk ke depannya, berharap bisa terpilih mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang PON (Pekan Olahraga Nasional).
“Setiap orang pasti punya hobi dan kemampuan dalam bidangnya masing-masing. Kuncinya adalah terus mengasah kemampuan tersebut, tunjukkan kepada orang lain bahwa kita mampu untuk menjadi yang terbaik. Dan, satu lagi, jangan lupakan kewajibanmu (salat) ingatlah karena manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt,” kuncinya.
Urwatul Wutsqaa