Teruslah bermimpi. Allah akan mengabulkan doa-doa hambaNya, sebesar apapun impian tersebut.
Meniti karier tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal itu dirasakan oleh Alumnus Fakultas Peternakan, Fajriansyah SPt. Di tengah manis pahit kehidupan, alumnus angkatan 2014 itu pantang menyerah, alhasil dewi fortuna pun memihaknya.
Baru-baru ini ia didaulatkan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Rumah Produktif Indonesia (RPI) Kabupaten Sinjai pada Januari 2021. Sebagai wadah belajar dan kolaborasi produktif berbasis peminatan dan keunggulan kompetitif, RPI sendiri merupakan perkumpulan sosial berazaskan Pancasila dan UUD 1945.
Bersama RPI, Fijral ingin menyebarkan semangat Belajar, Berkawan, dan Bergembira. Meski RPI saat ini belum genap setahun dideklarasikan, namun Fajri merasa tertantang untuk meningkatkan kapasitas anggota masyarakat secara umum bersama organisasi tersebut. Beberapa bentuk kegiatan yang pernah dilakukan diantaranya diskusi daring, seminar nasional dan internasional, ceramah, konsultasi, penulisan buku, silaturahmi, dan lain sebagainya.
“Saya mengabdi di Kantor Desa sambil bertani dan beternak. Alhamdulillah, Allah SWT telah memberikan apa yang saya pinta. Salah satu penyebab terkuat yang saya yakini ialah doa seorang ibu,” ujar Fajri, begitu kerap ia disapa.
Kilas balik perjalanan Fajri bisa dikatakan sungguh berliku. Meski demikian, terlahir di tengah keterbatasan finansial tidak membuat niatnya membantu sesama luntur begitu saja. Semasa duduk di bangku perkuliahan, Ketua Direktorat OK OCE Agrowisata sejak tahun 2019 ini bahkan pernah merasakan keajaiban sedekah.
“Keajaiban sedekah itu nyata. Setelah memberikan uang terakhir senilai sepuluh ribu rupiah di dompet, dosen saya, Prof Dr Ir Laily Agustina MSi meminta bantuan. Kemudian, beliau membalasnya dengan memberikan makanan dalam dos dan uang seratus ribu rupiah,” kenang Fajri.
Selain itu, pria kelahiran 2 Februari 1996 ini juga selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Masih terngiang di kepalanya bagaimana keseharian di bangku sekolah menengah pertama. Hampir saja ia tidak bisa melanjutkan studi akibat minimnya biaya. Kala itu, demi memangkas pengeluaran, Fajri rela menggunakan pakaian pramuka SD yang sudah pendek selama hampir lima minggu.
“Awalnya, orang tua saya merasa tidak mampu menyekolahkan lagi. Tapi, hal itu tidak menyurutkan semangat saya hingga berhenti sekolah. Saya bersyukur bisa belajar di MTS Negeri 2 Sinjai, tidak terasa tiga tahun berhasil saya lalui,” ujar Fajri.
Perjuangan yang harus ia hadapi tidak berhenti sampai disitu saja. Menduduki kelas 2 MTS, Wakil Sekretaris Jenderal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) ini pernah mengalami pendarahan di kepala dan keluar melalui telinga, mata, hidung, dan mulutnya.
“Waktu itu, saya terjatuh ketika naik sepeda di kampung halaman sehingga membuat saya koma satu hari satu malam. Orang-orang sekitar menganggap saya meninggal dunia, namun nyatanya Allah SWT masih memberikan saya kesempatan hingga hari ini,” tutur Fajri.
Hal menarik lainnya Fajri lalui semasa duduk di bangku sekolah menengah atas. Dengan dalih tidak ingin membebani kedua orang tua, ia memilih berjalan kaki berangkat dan pulang sekolah. Tepat pukul setengah enam pagi, ia melalui jarak sejauh 14 km.
“Tepat pukul setengah enam pagi, saya berangkat dari rumah.Tantangan terberat saya hadapi ketika musim penghujan.Terkadang, saya harus berhenti untuk berteduh, pun menerobos hujan sambil berjalan kaki seorang diri,” ungkap pria yang pernah menjadi staff pegawai di Kandang Kambing Peternakan Unhas ini.
Kisah berlanjut, begitu pula dengan perjuangannya.Awal mula menjadi mahasiswa, Fajri lagi-lagi diserang permasalahan finansial. Bermodalkan sembilan ratusribu rupiah, ia berangkat ke kota daeng seorang diri menggunakan mobil sewa. Kendati kedua orang tuanya berkenan meminjam lima juta rupiah ke sanak keluarga, namun Fajri menolaknya. Ia berupaya setegar mungkin untuk tidak merepotkan siapapun.
Lambat laun, rasa cemas dan takut mulai menghantui pikiran pria yang pernah menjadi sekretaris CV.Xsys Promotion ini.Uang senilai sembilan ratus rupiah itu tidak lagi mampu memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, Fajri berusaha keras untuk mencari sumber pendapatan. Selain mendaftarkan beasiswa Bidikmisi, ia juga memilih tinggal di laboratorium Fakultas Peternakan Unhas untuk memangkas pengeluaran.
“Hari ke hari terlewati dengan ceria, saya senang dipertemukan dengan senior fakultas yang kini saya anggap sebagai keluarga.Bersama dengannya, saya bermukim di laboratorium sehingga tidak keluar lagi biaya sewa kamar kost,” tutur Fajri.
Sebagai anak dari petani Sinjai, Fajri tidak menyangka hidupnya akan sampai ke titik ini. Ia berpesan kepada generasi muda lainnya untuk pantang menyerah dalam menjalani tantangan kehidupan.
Penulis : Nadhira Sidiki
Editor : Santi Kartini