Asean University Network Quality Asurance (AUN) memberikan sejumlah poin perbaikan untuk prodi yang telah melewati tahap sertifikasi.
Mutu suatu perguruan tinggi salah satunya dapat dilihat dari akreditasi yang disandangnya. Semakin baik akreditasi suatu perguruan tinggi semakin banyak pula peminatnya (pendaftarnya) sehingga perguruan tinggi tersebut masuk dalam kategori kampus favorit.
Berdasarkan data Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) tahun 2017 ada 49 perguruan tinggi di Indonesia berpredikat A. Terdiri dari 29 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), 3 Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), 2 Perguruan Tinggi Kedinasan, dan 15 Perguruan Tinggi Swasta. Dari 49 perguruan tinggi itu Unhas jadi salah satu universitas yang terakreditasi A.
Namun, tak ingin berpuas hati hanya dengan mendapatkan predikat terbaik tingkat nasional, Unhas yang telah menyandang status sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) kini mencoba mendapatkan sertifikasi tingkat Asia Tenggara. Kampus merah kini tengah menggodok sejumlah program studi (prodi) untuk mendapat sertifikasi ASEAN University Network Quality Assurance (AUN QA).
AUN ialah suatu organisasi tingkat ASEAN yang bergerak di bidang penguatan kerjasama pendidikan tinggi antar negara ASEAN. Sedangkan AUN QA merupakan salah satu kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh AUN dalam melakukan penjaminan mutu prodi universitas yang menjadi anggotanya.
Sertifikasi ini diperoleh dengan mengajukan prodi yang mampu ke AUN, kemudian pihak prodi yang mempersiapkan segala unsur yang akan dinilai assessor AUN QA. Seperti pembuatan laporan penilaian pada prodi melalui Self Assessment Report (SAR). Setelah itu, tim assessor AUN QA akan mengecek langsung kondisi prodi sebagaimana yang telah dituliskan dalam SAR.
Pada tahapan visitasi, ada sebelas poin penilaian yang dilakukan terhadap prodi tersebut antara lain hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes), spesifikasi program (programme specification), struktur dan isi program (programme structure and content), pendekatan pendidikan (teaching and learning approach), penilaian mahasiswa (student asessment), kualitas staf akademik (academic staff quality), kualitas staf kependidikan (supporting staff quality), pendukung kualitas mahasiswa (student quality and support), fasilitas dan infrastruktur (facility and infrastructure), peningkatan kualitas (quality enhancement), dan luaran (Output). Kemudian, prodi bisa mendapatkan sertifikasi bila meraih skor minimal 4 dari skala 7.
Sejauh ini, enam prodi telah mendapatkan sertifikasi AUN QA dan tiga prodi sedang menunggu hasil visitasinya. Prodi yang pertama kali divisitasi oleh para assessor AUN QA yakni Prodi Pendidikan Dokter (Fakultas Kedokteran), Prodi Teknik Sipil (Fakultas Teknik), dan Prodi Kesehatan Masyarakat (Fakultas Kesehatan Masyarakat) pada Januari 2017 lalu. Kemudian, selang tujuh bulan, tim assessor AUN QA datang kembali untuk memberikan penilaian kepada tiga prodi lainnya yaitu Prodi Ilmu Kelautan (FIKP), Prodi Hubungan Internasional (FISIP), dan Prodi Teknik Geologi (FT). Sedang tiga prodi yang masih menunggu hasil visitasinya antara lain Prodi Ilmu Hukum, (Fakultas Hukum), Prodi Ilmu Kimia (FMIPA), dan Prodi Ilmu Kehutanan (Fakultas Kehutanan).
WD I Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Dr Ida Leida mengatakan selama lebih dari setahun menyandang sertifikasi AUN QA mereka terus berusaha untuk melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang menjadi perhatian para assessor.
“Kita merevisi atau memperbaiki masukan dari asessornya, misalnya membuat rubrik penilaian terhadap lulusan atau alumni atau rubrik penilaian seminar hasil ujian meja. Kemudian yang lain adalah memperbaiki kualitas sarana dan prasarana, serta perbaikan kurikulum,” jelas Ida saat diwawancara identitas di ruangannya.
Setali tiga uang dengan Ida, ketua prodi Hubungan Internasional (HI), Drs H Darwis MA PhD mengatakan bahwa yang pertama kali ia lakukan setelah mendapatkan sertifikasi AUN QA hampir satu tahun yang lalu ialah mengevaluasi hal-hal yang telah diamanatkan oleh AUN.
“Pertama adalah bagaimana proses pengembangan jurusan misalnya penambahan staff, dan bagaimana menjaga mutu lulusan, kualitas pengajar, dll,” kata Darwis kepada identitas beberapa waktu lalu.
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa proses belajar-mengajar mereka kini telah terukur melalui sebelas poin penilaian AUN QA.
Selain itu, Ketua Departemen Ilmu Kelautan FIKP, Dr Mahatma Lanuru STM juga menyampaikan bahwa saat ini mereka sedang membenahi beberapa hal yang merupakan masukan dari para assessor seperti kurikulum, sarana dan prasarana, kelas internasional, dan website.
“Saat ini kami juga memperbaiki website, karena website harus bilingual, berbahasa Indonesia dan Inggris, serta kontennya juga harus up date, sehingga orang lain juga tertarik,”katanya.
Dana Menjadi Kendala
Mendapatkan sertifikasi bertaraf Internasional bukanlah hal yang mudah. Diperlukan berbagai kesiapan untuk menyandangnya. Begitu pula dengan status AUN QA ini. Prodi yang telah mendapatkan sertifikasi masih harus melakukan pembenahan diri. Sebab, para assessor masih memberikan masukan agar prodi memperbaiki hal-hal yang mereka anggap masih kurang.
Misalnya, prodi perlu meningkatkan kualitas fasilitas berupa sarana dan prasarana, dan memperbanyak hubungan kerjasama internasional. Kedua hal tersebut dapat dilakukan jika prodi-prodi berstatus AUN QA memiliki dana yang mempuni.
WD I FKM, Dr Ida Leida menngatakan bahwa mereka terus melakukan perbaikan pada hal-hal yang tidak begitu banyak membutuhkan dana seperti perbaikan kurikulum, membuat rubrik luaran dan rubrik hasil ujian meja. Sedang pada ranah sarana dan prasarana mereka hanya akan melakukan peningkatan sesuai dengan dana yang dimiliki.
“Kendalanya ialah pembiayaan. Perbaikan yang bukan bergantung pada dana itu akan cepat kita perbaiki, kalau yang berkaitan dengan pendanaan itu kan agak sulit. Kemudian, Bagaimana misalnya kita dapat berkolaborasi dengan yang lain kalau kita tidak datangi orangnya untuk kerja sama, saya kira pembiayaan itu penting untuk kerja sama,”ungkapnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh Dekan Prodi HI, Drs H Darwis MA Phd, bahwa saat ini mereka masih kurang dalam hal kerja sama internasional. Sebab mereka belum memiliki dana untuk menyambangi langsung pihak yang ingin diajak untuk bekerja sama.
“Amanah dari universitas kita harus cepat membuat kelas internasional, Wollongong University juga berminat untuk bekerjasama tapi kita belum respon dengan baik karena keterbatasan dana,” jelasnya kepada identitas saat ditemui di ruangannya.
Reporter: Khintan