Aku bertanya-tanya pada langit apa itu puisi
Lalu ia menjawab,
“Kata-kataku adalah frasa.
Tak terbatas. Oleh rindu. Oleh jarak. Oleh doa-doa seseorang yang berharap.”
Lautan ikut berseru,
“Ombakku adalah kata-kata paling abstrak.
Tak beraturan.
Berantakan.
Tapi tetap sampai kepada pantai yang selalu mengerti maksudnya.”
Hujan ikut menimpali,
“Aku berkata-kata menjelma gerimis.
Kemudian aku gaduh. Jatuh. Riuh.
Dan pada akhirnya air mata seseorang pun ikut meluruh.”
Lalu tanah menutup segala tanyaku dengan menjawab bahwa, “Dan jika kata-kataku adalah
rumah tempat semua bahasa kembali, Maka tak akan ada yang benar-benar bisa pergi.
Bahkan daun jatuh yang sedang patah hati.”
Mengapa…. mengapa aku butuh menulis puluhan halaman puisi tentangmu, Kasih?
Adalah karena padamu,
Kualami, kusadari, kuhayati, dan kumaknai suatu hal yang pasti:
Aku mencintaimu, dan itu sudah keputusan finalku.
Penulis: Erin
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Unhas
Angkatan 2021