Berlatar belakang hadirnya pedoman akreditasi baru di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas yang menginginkan adanya data publikasi mahasiswa. Publikasi yang dimaksud tentu bukanlah mahasiswa yang ikut serta dalam publikasi dosen. Tetapi, mahasiswa dituntut menjadi penulis pertama sebagai bagian dari Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk bisa maju mengikuti seminar hasil dan ujian tutup.
Kebijakan tersebut tentu melahirkan polemik di tengah mahasiswa, mengingat penulisan publikasi bukanlah hal yang mudah. Hal itu dibuktikan kurangnya mahasiswa mempublikasikan hasil penelitiannya. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Pengembangan FIKP Unhas, Prof Dr Ir Rohani AR MSi menyatakan, sejatinya mahasiswa hanya dibebani tugas mengirimkan draft publikasinya semata.
“Poin terpenting adalah adanya “submission” dan mahasiswa hanya harus membuat draft publikasi yang dibimbing oleh pembimbing skripsi. Lalu, jika draft publikasi dinilai bagus, maka dapat dikirimkan ke jurnal sebagai syarat seminar hasil dan ujian tutup,” jelasnya, Selasa (11/2).
Ia juga menambahkan, jurnal sasaran bukanlah jurnal yang sulit, melainkan jurnal yang telah digarap oleh FIKP Unhas khusus untuk para mahasiswa dan tidak memungut biaya sepeser pun.
“Fakultas ini memiliki empat jurnal, yaitu Torani, Punggawa, Speremonde, dan Ipteks. Keempat jurnal ini gratis. Meski sejatinya berbayar, namun para dosen yang dikenai “charge“, karena pengadaan jurnal tersebut termasuk fasilitas dosen. Hal ini merupakan keuntungan mahasiswa, sehingga tidak ada kewajiban untuk membayar. Tapi, jika ada beberapa mahasiswa ingin menulis di jurnal lainnya tentu berbayar,” tambahnya.
Draft publikasi tersebut akan dinilai lolos untuk mendaftar hasil ujian jika ditulis sesuai format dan tidak menjiplak. Mahasiswa akan mendapatkan letter of acceptance dari editor sebagai bukti pengiriman, meski belum diterima dan masih diproses.
Ketika disinggung mengenai sosialisasi kebijakan tersebut, Rohani menyebutkan bahwa sosialisasi sudah dilakukan dua kali secara “face to face” dalam bentuk dialog yang mengundang civitas akademika untuk semua prodi. Menurutnya, jika terdapat mahasiswa yang mengatakan bahwa berita itu simpang siur, dapat dipastikan mahasiswa tersebut tidak mengikuti sosialisasi.
WD 1 FIKP yang juga merupakan dosen Jurusan Ilmu Kelautan, menegaskan pelatihan pembuatan jurnal telah ada di mata kuliah metode penelitian kelautan di jurusan kelautan dan metode penelitian ilmiah di jurusan perikanan. Di tiap prodi sendiri terdapat mata kuliah yang salah satu isinya mengajari mahasiswa menulis, seperti proposal, laporan skripsi.
“Pelatihan pembuatan jurnal ada di mata kuliah metode penelitian kelautan kalau di kelautan dan metode penelitian ilmiah di perikanan. Di tiap prodi sendiri terdapat mata kuliah yang salah satu isinya mengajari mahasiswa menulis, seperti proposal, laporan skripsi dan lain sebagainya. Saya rasa, tidak perlu lagi membuat mata kuliah baru yang spesifik perihal metode pembuatan jurnal,” tuturnya.
Kebijakan yang diusung tersebut selain syarat meningkatkan akreditasi juga akan memberikan feedback positif terhadap rekam prestasi mahasiswa. Rohani begitu dosen kelautan ini akrab disapa, mengatakan aturan tersebut akan berlaku bagi mahasiswa yang akan wisuda bulan Juni.
“Sebenernya aturan ini sudah lama kita sosialisasikan untuk wisuda Desember 2019, tapi tidak jadi. Kita mundur lagi ke Maret, tapi ternyata banyak masalah dengan sistem yang baru. Jadi kita sosialisasi lagi untuk mahasiswa yang akan wisuda bulan Juni. Namun, beberapa mahasiswa yang wisuda bulan Maret dan memiliki hobi menulis dan memghasilkan skripsi yang bagus, saya menyarankannya untuk menulis,” tambahnya.
Ia berharap mahasiswa betul-betul melakukan penelitian dengan serius karena penelitiannya tidak hanya akan disimpan di rak-rak Perpustakaan, melainkan di jurnal yang akan dibaca banyak orang. Nyatanya, sosok yang menyelesaikan jurnal tersebut adalah dosen. Meski atas nama mahasiswa, tugas mahasiswa hanyalah mengirimkan tulisannya. Pihak dekanat secara pribadi memberikan keleluasaan kepada pembimbing agar dapat mengatur mahasiswanya.
M19