Saat ini, di tengah situasi politik negeri dan global, wacana identitas keyakinan menjadi begitu hangat, bahkan diperkirakan menjadi bahan bakar untuk mendulang suara pihak-pihak yang berorientasi agama dan dapat menjungkal pemimpin Negara. Apalagi saat ini sedang membucahnya pertempuran antara Israel dan Palestina, yang memerebutkan otoritas kepercayaan dan tanah.
Saya mencoba menelusuri hubungan antara Islam, Kristen, dan Yahudi secara ringkas, sesama agama monoteisme dan ahli kitab, yang kadang begitu rentan mengalami pertengkaran. Islam merupakan bentuk ketersambungan dari agama monotheisme sebelumnya. Lalu menjadi agama baru yang mencoba menarik diri untuk membedakannya dengan agama lain. Islam dengan ciri khas dan pembaharuannya dalam hal moral, peribadatan, dan sosial ekonomi di awal-awal memperoleh dukungan dari kalangan bawah, lalu memperoleh simpati dari kalangan atas, khususnya dari suku Quraisy dan Hasyim, yang tidak lain dari rumpun keluarga Nabi Muhammad itu sendiri.
Islam, asal katanya berupa aslamaa diambil dari bahasa Aramaik yang berarti ketundukan, dalam buku Philip Khitti, yang berjudul ‘History of Arab’ diperoleh dari kisah Nabi Ibrahim yang merelakan anaknya disembelih atas perintah Tuhan. Islam menjadi agama yang menonjolkan ketundukan atau penyerahan diri sepenuhnya pada Yang Maha Kuasa, Allah, yang dalam Islam memiliki 99 nama istimewa. Sehingga, bentuk dosa terbesar bagi ummat Islam adalah penyelewengan terhadap keesaan Allah atau musyrik (menyekutukan Allah).
Karena itulah, pasca kemenangan Muhammad atas otoritas Mekkah, nabi memerintahkan untuk memusnahkan semua berhala, patung tempat warga Mekkah dan orang Arab pada umumnya menyembah. Dalam hal inilah kita dapat menyimpulkan bahwa yang betul-betul dimusuhi oleh Islam adalah kemusyrikan, sedangkan para Ahli Kitab dipandang sebagai saudara yang sama-sama menyembah satu Tuhan.
Dalam Alquran, yang berarti bacaan atau sarana pendidikan bagi umat Muslim, kandungan di dalamnya tidak begitu berbeda dengan kitab perjanjian lama dan bible. Ambil contoh, kisah nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Luth, Yusuf, Shaleh, Daud, Sulaiman, Ilyas, Yaqub, Yunus, kisah banjir besar dan Bangsa Sodom. Sedangkan dari perjanjian baru terdapat kisah Maryam, Yahya dan Zakaria, dan Isa. Hanya kisah-kisah yang terkait dengan bangsa Arab, yang tidak terdapat dalam bible, seperti kisah kaum Ad dan Tsamud, Lukman, pasukan gajah, dan Iskandar Zulkarnain. Makanya, para pemikir Kristen abad tengah menganggap Islam hanyalah salah satu sekte Kristen yang menyimpang.
Selain itu, yang membedakan Alquran dan kitab-kitab sebelumnya, Alquran turun di satu Rasul dan menghimpun kisah-kisah bible dalam satu kurun waktu. Sedangkan kitab-kitab sebelumnya merupakan rangkaian kisah dari beberapa rasul, yang dikumpul satu-satu dari reruntuhan – reruntuhan. Kita tak dapat membayangkan rentetan serangan dan pembasmian yang dialami oleh Ummat Yahudi, sejak masa Firaun, Sargon II dari Assyiria, Nebukadnezar dari Babylone, Titus dan Nero dari Romawi.
Alquran juga diturunkan ke Muhammad, yang merupakan keturunan dari leluhur yang baik-baik, penjaga rumah suci Mekkah, keturunan dari Bani Hasyim. Bani Hasyim menempati wilayah Arab Utara yang bersama Suku Quraisy membangun peradaban di kota Mekkah dan Hijaz. Muhammad lahir pada suatu masa kejenuhan bangsa Arab, ujung dari abad perang Arab yang disebut sebagai ayyam al Arab (Hari-hari Orang Arab), perang antar suku, penjagalan satu sama lain, abad yang dipenuhi perampokan, pertumpahan darah. Makanya, suku-suku tersebut sebenarnya membutuhkan kepemimpinan yang melampaui para tokoh sezamannya, yang dapat menjadi simbol kebesaran orang Arab sendiri. Sejak muda, Muhammad sudah digelari oleh suku-suku Arab sebagai Al-Amin, atau orang yang terpercaya.
Dalam abad kebodohan tersebut (jahiliyah), justru muncul sifat-sifat dan karakter tertinggi orang Arab, yaitu independensi dan kebebasan, solidaritas yang tinggi, keberanian dan kemampuan dalam bertempur. Di sisi lainnya, bermunculan sastrawan-sastrawan lokal yang menjadi pahlawan kebudayaan suku masing-masing. Bahkan, terdapat kesatria yang jago di medan laga dan memiliki kefasihan dalam syair. Di masa ini, pada bulan-bulan rehabilitasi, beriringan dengan musim peribadatan untuk para dewa dan berdagang, terdapat festival sastra “Ukaz” di pusat kota, saat itu para sastrawan dari beragam suku memperlihatkan kemampuan sastra terbaik mereka. Alquran turun di masa demam sastra ini, orang-orang Arab dengan gampang tergugah hatinya ketika mendengar syair. Karena itu, pepatah mengatakan, kebijakan dibentuk oleh “otak orang Prancis, tangan orang Cina, dan lidah orang Arab”.
Kembali ke hubungan Islam, Kristen dan Yahudi. Di masa mudanya, Nabi Muhammad bertemu dengan Pendeta Kristen, Bahira di Syam yang dapat melihat tanda-tanda kenabian dari Muhammad. Di masa-masa awal perjuangan ummat Islam, para pengikut Muhammad yang banyak berasal dari budak dan kelas bawah itu dikejar-kejar dan disiksa oleh pemegang otoritas ekonomi Quraisy – Mekkah. Karena itu, sebagian di antara mereka melarikan diri ke Abbisinia dan akhirnya mendapat suaka dari Kekuasaan Najasi yang Kristen. Kerajaan Kristen tersebut membela dengan teguh kelompok Muhammad yang dianggap bid’ah oleh kaum Quraisy. Selain itu, di masa-masa berikutnya, Kristen Nestorian dan sekte Kristen Arianisme banyak memberi pengaruh terhadap kebudayaan Arab, melalui terjemahan-terjemahan karya klasik Yunani kuno.
Sedangkan Yahudi, sangat membantu Muhammad ketika hijrah ke Yastrib. Kaum Muhajirin diterima secara terbuka oleh Ummat yahudi dan mereka diperbolehkan untuk mengelola sumberdaya alam yang ada di Yastrib. Namun, sayangnya setelah Perang Khandak, Muhammad menyerang dan mengusir beberapa suku Yahudi, karena dianggap bersekongkol dengan para musuh untuk mengalahkan kaum muslimin. Meski begitu, masih terdapat suku-suku Yahudi yang bersahabat dengan kaum Muslimin.
Seiring dengan perkembangan wacana Islam melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad mulai menampilkan Islam sebagai sesuatu yang baru dan tampaknya berupaya untuk memutus rantai dengan Yahudi dan Kristen. Nabi kemudian mengarahkan Shalat ke Ka’bah, tidak lagi ke Yerusalem, sebagai bentuk pembaharuan dan pembeda dari Yahudi. Hari Jumat ditetapkan sebagai hari Ummat Islam meniru hari Sabat untuk ummat Yahudi. Shalat dilakukan sebanyak lima kali sehari dengan gerak yang matang dan disiplin ketat, berbeda dengan ritual agama-agama lain yang lebih sederhana dan tidak begitu ketat. Azan menggantikan gong dan terompet. Ramadhan ditetapkan sebagai bulan puasa. Ummat Islam dilarang memakan babi dan minuman beralkohol. Dan Ibadah Haji ke Mekkah dibakukan dan mencium batu hitam yang merupakan ritual pra Islam ditetapkan sebagai ritual Islam.
Selain itu, nasionalisme Islam yang dibawa oleh Muhammad membawa pembaruan konsep solidaritas suku-suku Arab. Konsep kesukuan diangkat lebih tinggi derajatnya menjadi solidaritas keummatan. Bahwa sesama muslim adalah bersaudara dan dilarang saling menjahati sesama muslim. Efek dari ini, suku-suku yang sebelumnya saling rampas kemudian bersatu di bawah panji Islam. Lalu, tanpa gentar menundukkan bangsa-bangsa lain yang eksis saat itu. Dengan begitu cepat Islam menguasai daratan Asia hingga Afrika.Lalu, ummat diangkat lagi derajatnya menjadi humanisme atau kemanusiaan melalui konsep habluminannas, kebaikan untuk sesama manusia, kosmopolitanisme Islam melalui konsep Rahmatan Lil Alamin, bahwa Islam menjadi rahmat bagi sekalian alam. Rahmat bagi seluruh organisme yang hidup di muka bumi.
Kehadiran Islam di muka bumi sebagai bentuk perpanjangan atau revisi dari keyakinan dan kepercayaan sebelumnya. Sebagai up to date dari Yang Maha Kuasa dengan sebuah start up berupa hukum yang baru, norma baru, tradisi baru, agar dapat kompatibel dengan setiap perkembangan zaman. Dengan begitu, kita tetap dapat melacak asal-usul kebaruan tersebut. Meski demikian, keyakinan lain juga mengalami perkembangan dan penerjemahan di setiap zaman. Semua agama mengandung kebenaran, yang jika diekspresikan, dapat menghasilkan kebahagiaan dan kedamaian sejati bagi setiap penganutnya.
Makanya, peristiwa-peristiwa yang bertemakan agama yang cukup meresahkan belakangan ini haruslah ditanggapi dengan bijak. Sebab, kebanyakan dari kita, membenci kaum lain akibat prasangka terlalu jauh, dan tidak betul-betul memahami inti dari ajaran agamanya sendiri dan agama lain. Sehingga, setiap pihak saling mengklaim bahwa kaumnyalah yang paling benar, yang dalam relasi itu dapat menimbulkan perselisihan. Yang mungkin saja, penyebabnya lebih karena urusan perebutan sumberdaya ekonomi atau kekuasaan.
Idham Malik
Pegiat Literasi di Makassar