Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan diskusi online Edisi Spesial Hut ke-6 IDN Times bertema “New Normal or Great Reset: Life After Pandemic Covid-19“. Kegiatan ini berlangsung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting dan live streaming di kanal youtube dan akun instagram IDN Times, Jumat (12/06).
Hadir sebagai narasumber lainnya Rektor Institut Pertanian Bogor (Prof Dr Arif Satria SP MSi), Najeela Shihab (Penggiat Pendidikan) dan Sultan Rivandi (Presiden Mahasiswa UIN Jakarta).
Dalam kesempatan tersebut, Prof Dwia, menyampaikan perubahan tatanan pola pendidikan Unhas sejak permasalahan wabah Covid-19 melanda Indonesia.
“Sejak Covid-19, dunia pendidikan mengalami tatanan pola yang berbeda. Perubahan ini harus ditata ulang agar implementasi capaian pendidikan sesuai standar luaran yang diharapkan,” jelas Prof Dwia.
Lebih lanjut, Prof Dwia memandang bahwa ada beberapa hal utama dalam pengelolaan Pendidikan Tinggi yang mengalami perubahan sejalan dengan pandemi Covid-19. Di antaranya terkait manajemen administrasi pendidikan tinggi yang berjalan lebih cepat, efektif dan produktif.
“Selama pandemik semua aktivitas administrasi seperti registrasi mahasiswa baru, ujian, bahkan wisuda berlangsung lebih cepat. Dulu kita mesti rapat, kemudian membentuk panitia, menyiapkan logistik, dan sebagainya. Hal ini berubah sejak pandemi. Eksekusinya justru jadi lebih cepat, karena semua terdorong untuk menggunakan teknologi. Jadi ke depan, pendidikan tinggi harus memaksimalkan struktur organisasi, maupun SDM,” sambung Prof Dwia.
Selain manajemen administrasi, Prof Dwia menuturkan bahwa riset, publikasi dan inovasi juga terpengaruh wabah Covid-19. Di Unhas sendiri, sejak pandemi berlangsung banyak hasil inovasi karya peneliti Unhas. Unhas menghasilkan inovasi ventilator, Aerosol Channel, dan beberapa aplikasi lainnya. Ini juga perlu dilakukan penataan ulang dengan cara membangun infrastruktur ekosistem sains yang memadai ataupun tema riset yang mengarah pada kesehatan lingkungan.
“Yang paling terlihat perubahannya adalah mekanisme pembelajaran. Pembelajaran online sebenarnya sudah lama ada, namun penerapannya tidak semasif sekarang. Hal ini juga perlu kita pikirkan keberlanjutannya. Kita tahu bahwa sasaran pembelajaran tidak hanya mencakup aspek kognitif saja. Perlu ada sistem blended learning dengan penerapan SOP yang sesuai,” ungkap Prof Dwia.
Sejak pandemi Covid-19, Prof Dwia menambahkan tanggung jawab sosial dan solidaritas universitas sangat terlihat. Banyak kegiatan kemasyarakatan dari Perguruan Tinggi guna membantu permasalahan masyarakat ditengah pandemi.
“Kita terharu melihatnya. Di Unhas semua terlibat, mulai tenaga kependidikan sampai mahasiswa bahkan alumni. Melalui Satgas Covid-19 kami mengumpulkan donasi yang dalam waktu singkat terkumpul milyaran rupiah. Hasilnya disalurkan untuk memenuhi kebutuhan APD tenaga medis dan bahan pokok masyarakat,” kata Prof Dwia.
Wandi Janwar