Zaman semakin berkembang, manajemen pembelajaran pun demikian.
Seiring berjalannnya waktu, teknologi kian berkembang. Berbagai inovasi pun terus diciptakan untuk menunjang setiap kegiatan manusia, tak terkecuali di dunia pendidikan. Selain itu, tuntutan global juga menjadi salah satu alasan untuk senantiasa menyesuaikan teknologi terhadap usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran.
Universitas Hasanuddin sebagai salah salah perguruan tinggi ternama di Indonesia telah menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran sejak tahun 2008. Teknologi yang dimaksud adalah Learning Management Sistem (LMS) yang dicetuskan Dosen Sastra Asia Barat (Arab), Yusring Sanusi Baso SS MA.
Perangkat LMS merupakan suatu sistem pembelajaran elektronik (E-Learning) yang digunakan oleh sivitas akademika Unhas untuk membuat kelas, alur pembelajaran, mengunggah, dan mengunduh bahan mata pelajaran. Selain itu, juga dapat digunakan untuk memberikan tugas kuliah, berdiskusi, dan sembilan kemudahan lainnya dalam satu sistem. Namun, kemudahan ini hanya bisa diakses oleh para sivitas akademika di Jurusan Sastra Arab.
Berdasarkaan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Nomor 44 Tahun 2012 tentang sistem pembelajaran nasional, menyatakan bahwa pembelajaran harus terstruktur dan mandiri. Hal ini telah tercapai dalam sistem LMS tersebut. Karena dianggap sangat membantu dalam sistem pembelajaran, akhirnya pada tahun 2009, LMS diberlakukan secara luas di tingkat universitas di kampus merah.
Di awal pemberlakuannya, LMS mendapatkan server besar dengan tujuh slot. Saat itu, Unhas mendapat bantuan dari Bank Dunia, sehingga LMS dapat dikembangkan dan diterapkan di tingkat universitas.
Lambat laun, lima di antara tujuh slot tersebut mengalami kerusakan. Hal itu tentu berdampak pada lambatnya akses sistem LMS.
“Ibaratnya, parkiran adalah servernya. Apabila parkiran kecil walaupun jalanan dalam hal ini jaringan bagus, maka akan terjadi kelambatan memarkir atau bahkan tidak bisa mengakses karena penuh dengan kendaraan,” jelas Yusring selaku Kepala Pusat Media Pembelajaran, Sumber-sumber Belajar, dan E-Learning Unhas.
Karena masalah tersebut, pada tahun 2019, LMS kembali dikembangkan menjadi sistem baru yang dikenal dengan nama Sistem Kelola Pembelajaran (Sikola). Yusrin mengibaratkan sistem baru ini sebagai mobil yang dimodifikasi dan diberi tambahan alat.
“LMS ibaratnya mobil tua atau lama. Nah, hadirnya Sikola ini sebagai mobil baru dengan fitur yang lebih segar,” jelas Yusring, Kamis (16/1).
Kelebihan lain yang dimiliki Sikola yaitu fitur video konverensi, survei, dan daftar hadir. Tak hanya itu, sistem baru ini juga sangat responsif dengan media yang digunakan. Misalnya saja, dapat mengikuti bentuk layar alat yang digunakan untuk mengaksesnya, serta telah tersedia dalam bentuk aplikasi.
Selain Yusring, Sikola juga dikembangkan oleh beberapa dosen Unhas. Mereka adalah Luleman Syatie SS MSi, Dr Andi Agussalam SS MS, Fadlan Ahmad SS MA, Helmaddin SS MA, dan Irianto Kadir SFt Phisio MKes. Sedangkan untuk Hardwarenya sendiri dipercayakan kepada Dr Ir Triyatni Martosinjoyo MSi.
Saat ditemui di ruanganya, Triyatni yang juga sebagai Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu Pengembangan Pendidikan (LPMPP) Unhas, menceritakan bahwa pengenalan sistem pembelajaran ini dilakukan secara perlahan. Mulai dari pelatihan yang telah dilaksanakan sejak Oktober 2019 lalu, hingga mendapatkan setifikat.
“Sebelumnya, siapa saja yang ikut pelatihan akan diberikan sertifikat. Namun, kali ini memiliki syarat, mereka harus benar-benar menguasai aplikasi, baru kemudian diberikan,” tegas Triyatni.
Dalam pengembangannya, Unhas mengeluarkan anggaran sebesar 62 juta. Dengan harga yang fantastik itu, Sikola menawarkan fasilitas penyimpanan data sebesar tiga tera. Untuk setiap teranya dapat menampung 100 Gigabyte. Sedangkan satu mata kuliah diperkirakan berkapasitas seratus Megabyte. Jika Unhas memiliki sekitar 6.200 mata kuliah maka diperkirakan Sikola hanya bertahan selama satu tahun.
“Satu tahun ke depan servernya akan penuh lagi, sehingga harus dilakukan pergantian agar tidak mengalami masalah saat diakses,” ucap Yusring.
Meski Sikola belum digunakan secara resmi di tingkat universitas, sistem ini telah diperkenalkan di lingkup Departemen Sastra Arab sejak semester ganjil Tahun Aajaran 2019/2020 lalu. Sebagai salah satu pengguna, Istiqomah Nur Aqilah, mahasiswi Sastra Arab Unhas angkatan 2018 ini mengatakan bahwa Sikola memiliki tampilan yang lebih segar dan berwarna.
“Lebih fresh, sehingga kita tidak bosan, fitur dan icon-iconnya juga ditambahkan jadi lebih menarik,” jelas Aqilah.
Saat dikonfirmasi ke Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Dr Ir Muh Restu MP, mengatakan Sikola rencananya akan diresmikan penggunaanya pada akhir Januari 2020.
“Belum diketahui secara pasti, tapi saat rapat diagendakan di akhir Januari ini,” bebernya, Rabu (15/1).
San/Wjn