Ada batiniah yang sukar diajak kerja sama kala itu
Tentang kepayahan di kedua lutut penuh getar
Langkah yang tak sanggup dihentak begitu kasar
Tiada keluh kesah seiring tangis kian pilu
Bilamana api itu redup dalam hening tiada geming
Mungkin itu raga yang melangkah dengan perih
Tak ada lagi arah pasti, amerta luruh dalam sepi
Jatuh sekali lagi, tersedu dengan ambai mengering
Di jalan bersayat itu, tegun menyisir waktu
Sedu sedan tanpa suara mengaung ngilu
Memukul paksa realita tanpa belas kasih apapun itu
Keterlambatan yang bawakan kesialan, tercamkan kaku
Di jalan berelegi itu, sesal merasuk relung dada
Cemooh datang dari bibir-bibir yang tak diketahui siapa
Kebodohan disalahkan diam-diam di balik luka
Sia-sia yang putuskan asa, menghempas paksa
Di jalan berduka itu, aku tahu
Dia yang biasa menuntun, kini pergi
Tak lagi menjadi teman di perjalanan mimpi
Membiarkan egonya di tengah jalan seorang diri.
Penulis: Riezky Amalia Gue
Mahasiswa Program Studi Geofisika FMIPA Unhas.