Kurangnya minat baca masyarakat Indonesia juga berdampak pada runtuhnya semangat menulis Trinity, salah satu penulis traveler berpengaruh Indonesia. Ia memutuskan pensiun dari dunia kepenulisan. Ini adalah karya terakhirnya.
Trinity, salah satu penulis Indonesia, menerbitkan buku terakhirnya berjudul The Naked Traveller 8 : Farewell, Januari 2019 kemarin. Bagi Anda yang sudah sering membaca tulisan-tulisan Trinity, tentu familiar dengan objek tulisan perempuan bernama asli Ade Perucha Hutagaol. Ya, kisah perjalanan kocak, seru, dan mengasyikkan ala Trinity ke berbagai negara. Perempuan kelahiran Sukabumi ini telah menuliskan seluruh kisah perjalanannya ke dalam 14 buku termasuk serial The Naked Traveller.
Sesuai dengan judul buku terakhirnya “Farewell”-Selamat Tinggal- penulis yang telah meraih penghargaan Indonesia’s Leading Travel Writer ini menyatakan pensiun dari dunia kepenulisan. Buku ini merupakan dedikasi terakhirnya sebagai penulis yang telah genap melancong ke90 negara. Di buku tersebut, Trinity membagikan kisahnya mulai dari Iceland, Denmark, Italia, negara-negara berakhiran “stan” di Asia Tengah, hingga Iran. Seperti biasa, gaya bahasa yang asyik, ringan, dan santai membuat pembaca betah menghabiskan waktu untuk membaca serunya perjalanan Trinity ke wilayah-wilayah tersebut.
Misalnya, pengalaman kocak Trinity yang terpaksa menahan BAB karena kesulitan mendapatkan toilet di Belgia. Juga cerita soal betapa bau dan joroknya toilet yang ia temukan di negara-negara benua Asia Tengah seperti Kazakstan, Uzbekistan, dan Kirgistan. Selanjutnya, saat dia berkunjung ke Iran, perempuan beragama Kristen ini membagikan pengalamannya mengenakan jilbab.
Dari situ, ia juga membeberkan bahwa Iran bukan lah negara yang seram sebagaimana pandangan kebanyakan orang. Dia juga mengatakan bahwa penduduknya ramah bahkan meminta untuk berswafoto bersamanya. Pengalaman yang tak kalah seru, saat Trinity yang jomblo mencoba kencan online selama jalan-jalan di Eropa. Ia bertemu beberapa cowok. Anda bisa menemukan kisahnya di dalam buku setebal 250 halaman ini. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan cerita penggemar Trinity yang mengalami perubahan dalam hidupnya setelah membaca buku-buku yang Trinity tulis.
Meski buku Trinity telah membawa perubahan luar biasa kepada pembaca setianya, ia tetap memilih untuk berhenti dari dunia kepenulisan. Dilansir dari blog pribadi perempuan yang pernah masuk dalam daftar Lima Orang Penting dalam Dunia Pariwisata Indonesia oleh DetikTravel Reader’s Choice 2014, kurangnya minat membaca buku masyarakat Indonesia meruntuhkan semangat menulisnya. Sebab hal itu berdampak pada pendapatan yang ia terima.
Dalam tulisan “Curhatan Seorang Penulis” yang ia publikasikan melaui blog pribadi http://naked-traveller.com, ia menggambarkan bagaimana kondisi beberapa toko buku yang ia temui. Rak-rak buku semakin dikurangi. Benda jualan non-buku seperti tas, sepatu, dll lebih mendominasi toko buku tersebut. Pejabat jaringan toko buku yang mendominasi Indonesia bahkan berkata, penjualan non buku lebih banyak dan lebih menguntungkan daripada jualan buku. Ruang jualan buku juga semakin sempit, padahal jumlah buku tetap bertambah.
“Kebayang kan bagaimana policy yang diberikan toko buku? Masih bagus buku bisa dipajang, kalau nggak laku dalam waktu tertentu (yang periodenya semakin pendek) langsung dikembalikan ke penerbit. Konsep brick and mortar memang sulit. Tak heran banyak toko buku di negara maju pun tutup,” tulis perempuan yang pernah traveling selama setahun penuh ini.
Lantas, apakah pembaca Indonesia beralih dari membaca buku kertas ke buku digital? Menurut Trinity, tidak juga. Masih dalam tulisan “Curhatan Seorang Penulis”, Trinity menyampaikan bahwa royalti e-book yang ia terima sejak lima tahun yang lalu sampai sekarang masih sama dan sedikit sekali. Hal itu menandakan bahwa memang sangat sedikit orang Indonesia yang membaca e-book.
Trinity beranggapan bahwa zaman sekarang buku tidak lagi banyak diminati. Sebab telepon genggam telah mengalihkan fokus banyak orang dan lebih memilih menghabiskan banyak waktu menggunakannya ketimbang membaca. Efeknya bagi Trinity dan mungkin penulis lain adalah penghasilan dari royalti semakin kecil.
“Padahal sebagai travel writer, saya harus selalu traveling untuk mendapatkan bahan. Sedangkan modal traveling adalah dari royalti. Tapi kalau royalti semakin sedikit (karena semakin sedikit orang membeli buku), boro-boro untuk traveling, untuk hidup aja saya berat,” lanjutnya.
Ia pun menutup karirnya dengan menerbitkan seri kedelapan The Naked Traveller. Bagi kalian yang sangat senang jalan-jalan, buku ini bisa menjadi referensi yang bagus. Selain informasi terkait negara dan tempat-tempat yang recommended untuk dikunjungi, Trinity juga membagikan tips packing bagi pembacanya. Selamat membaca.
Melika Nur Jihan