Setelah pasang surut dan terakhir kali dinahkodahi Arham tahun 2006, kini di tahun 2019 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin (BEM U) kembali membentangkan layarnya dengan nahkoda baru bernama Abdul Fatir Kasim, bagaimana dinamika pembentukan BEM U tahun ini ?
Terbentuknya BEM U tahun 2019 menuai berbagai pendapat baik dari mahasiswa maupun birokrasi. Pandangan seperti itu sudah sedari dulu terjadi. Misal saja sejak tahun 2002 sampai 2006, ada sekelumit masalah yang menghambat kinerja dan eksistensi BEM-U.
Menengok tahun 2006 silam, menurut terbitan identitas awal April 2006. Saat itu, tengah mandeknya persoalan mengenai pembentukan BEM U. Kala itu bernama Lembaga Mahasiswa (Lema). Akhirnya, ketua BEM se-Unhas membentuk Forum BEM Unhas (FBU). Kemudian FBU menghasilkan Badan Pekerja (BP) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Koordinator BP kala itu, M Aries Yasin memakai sistem partai pemilu raya dalam mengusung calon. Alhasil, kala itu jumlah mahasiswa yang menggunakan hak suaranya berjumlah 6209 dari total mahasiswa 19.403. Arham yang mengantongi 2534 suara, terpilih sebagai presiden. Dan di masa kepemimpinannya Lema berganti nama menjadi BEM U.
Tak jauh beda dengan pembentukan BEM U tahun ini. Sekitar Januari 2019 lalu, terbentuklah BP. Pembentukan ini hasil dari konsolidasi delapan lembaga fakultas yang menyetujui hadirnya BEM U. Setelah itu, delapan lembaga ini mencari landasan hukum mengenai pembentukan Keluarga Mahasiswa (KM) Unhas, dan memilih koordinator BP. Adapun delapan lembaga yang terlibat, BEM Fakultas Hukum, BEM Fakultas Teknik, BEM FKM, BEM Kedokteran, Keperawatan, Farmasi, Peternakan, dan Maperwa FKG. Akhirnya, terpilih Alghifary Anas Ahmad sebagai koordinator.
“Ada delapan di situ, kami mencari konstitusi, seperti persyaratan yang dibutuhkan. Selanjutnya kita kumpul di sekret Peternakan. Ternyata setelah kesepakatan, kami memikirkan perlu seseorang yang mengkoordinir. Kemudian, ada yang mengusulkan memakai sistem BP saja. Nah,saat itu saya ditunjuk oleh ketua – ketua yang lain, akhirnya saya dipilih. Setelah itu langsung membuat Tata Tertib BP,” jelas Alghifary di sekitaran Sekertariat BEM Farmasi, Kamis (22/8).
Pembentukan BP tahun ini tidak lepas dari isu bahwa, pembentukan BP dan BEM U tidak murni diinisiasi oleh mahasiswa. Menanggapiitu, Alghifary menekankan bahwa BEM U adalah murni andil mahasiswa, selain proses administrasi dan peminjaman gedung selama konsolidasi pembentukannya.
Beberapa waktu lalu, Alghifary mengatakan delapan lembaga ini telah mengadakan konsolidasi kecil-kecilan selepaspertemuan perwakilan mahasiwa dengan tim perkerja PR Ormawa di Hotel Max One, Minggu (2/12) 2018. Selanjutnya mereka mengirim surat ke lembaga–lembaga fakultas lainnya, untuk meminta perwakilan guna konsolidasi pembentukan BEM U nanti. Hasil dari surat permohonan itu, lembaga mahasiswa MIPA bergabung. Namun, di tengah jalan Lema Mipa menarik diri semalam sebelum proses pemilihan Presiden BEM U terpilih.
Adapun garis besar tupoksi BP menurut Alghifary adalah menyiapkan hal – hal yang dianggap perlu dalam penyelenggaraan musyawarah, seperti draft konstitusi, mekanisme, dan sistematika pemilihan.
Di dalam menjalankan tugasnya, anggota BP sering kali berganti, tetapi tetap pada pola tiap kedelapan lembaga diwakili masing-masing dua orang, yang menjadi wakil kedelapan lembaga tersebut, yang tidak bisa digantikan adalah Ketua atau Presiden Lembaga tersebut.
“Anggota BP dalam pelaksanaannya sering berganti-ganti orangnya, artinya misal saya (Farmasi) anggotaku dua orang, satu wakilku, yang satu lagi terakhir-terakhir saya hilangkan karena dianggap tidak aktif, tapi kan orang – orang yang hadirkan tetap sama karena ketua-ketua lembaga yang turun langsung konsolidasi,” jelasnya.
Sementara itu, mengenai mekanisme pemilihan Presiden BEM U tahun ini, diakui Alghifary sempat terjadi perdebatan mengenai mekanisme yang akan digunakan, antara menggunakan rasio atau pemilhan penuh. Pun tidak ada rencana untuk menggunakan mekansime pemilu raya.
“Memang tidak pernah dicanangkan untuk pemilu raya. Sebab, kami sadar bahwa kami kekurangan sumber daya, entah itu sumber daya manusia maupun sumber dana, sehingga sistem untuk tahun ini kita pakai sistem pendelegasian saja, jadi setiap fakultas itu rata lima suara,” katanya.
Kemudian muncul pertanyaan, mengapa BP tidak melibatkan lembaga mahasiswa yang kontra terhadap BEM U dalam pemilihan? Menjawab itu, Alghifary menjelaskan, dalam proses pemilihan di dalamnya adalah orang – orang yang memangmenyetujui adanya pembentukan BEM U. Pun menurutnya, forum pemilihan itu fokus membahas langkah selanjutnya soal BEM U, bukan menjawab penting tidaknya BEM U eksis.
“Artinya orang – orang yang ikut dalam musyawarah adalah orang –orang yang sepakat, mewakili oleh organnya yang sepakat dengan adanya BEM U,” jelasnya.
Ditanya soal persyaratan menjadi presiden BEM U Alghifary menjawab “Yang saya ingat itu harus lulus LK2’’. Kemudian bagaimana proses berjalannya pemilihan kala itu, Alghifary tidak dapat menjelaskan karena tidak hadir dalam pemilihan tersebut. Menurut yang disampaikan temannya yang hadir, para calon memaparkan visi dan misi kemudian diadakan pemilihan.
Setalah Abd Fatir Kasim terpilih sebagai Presiden BEM Unhas, BP langsung mengonfirmasi kepada Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg A Arsunan Arsin M Kes. Dan telah dibuatkan jadwal untuk Presiden BEM Unhas terpilih untuk menyambut mahasiswa baru pada P2KMB di Gor Unhas.
Terakhir Alghifary berpesan kepada Presiden BEM Unhas dan bakal ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) agar pergerakan dan kerjanya lebih elegan kedepannya.
“Sebenarnya bukan hanya kepada Press BEM,ketua BPM juga. Mungkin BEM-U terlihat belum ada pergerakan, harapannya setelah dari sini aspirasikan dengan cara yang lebih elegan lagi,” tutupnya.
Tim Laput