“Patah hati tidak hanya mengajarkan apa yang tidak kita mau, tapi juga memberikan keberanian untuk menjalani apa yang kita mau” –Jomlo yang sudah belajar dari pengalaman.
Di Indonesia, seorang perempuan umumnya menikah di bawah umur tiga puluh. Dengan kata lain, umur dua puluh sembilan merupakan lampu merah masa lajang yang seringkali dibumbui dengan pertanyaan “kapan nikah?” dari sanak keluarga. Itulah yang dirasakan Gala, wanita metropolitan umur dua puluh sembilan tahun, yang diceritakan dalam novel “Ganjil Genap” oleh Almira Bastari.
Gala dihadapkan dengan guncangan besar dalam hidupnya. Hidup Gala mendadak berubah semenjak Bara, orang yang orang yang telah menjalin asmara dengannya selama tiga belas tahun, meminta putus dengan alasan yang sangat tidak jelas. Belakangan Gala tahu, Bara ternyata jatuh cinta pada perempuan lain di belakangnya.
Galau? Pastinya. Berbagai cara ditempuh Gala agar bisa melupakanBara dan membuka hati bagi lelaki lain. Namun, tentu tidak mudah menghapus kenangan yang telah membekas selama tiga belas tahun. Beruntung Gala mempunyai teman-teman yang dapat diandalkan, khususnya dalam masalah “mencari jodoh”. Sahabatnya yaitu Nandi, Sydney, dan Detira selalu berada di barisan terdepan untuk menyemangati Gala. Interaksi Gala dan sahabatnya yang digambarkan dalam novel benar-benar memberikan kesan hangat. Tak lupa, penulis banyak menambahkan sisi humor yang sangat menghibur, terutama pada hubungan tokoh utama dalam cerita.
Didesak oleh kenyataan bahwa adiknya akan segera menikah, Gala mencoba untuk mencari pengganti Bara secepatnya. Banyak pria yang ditemui Gala dalam proses pencariannya, saat berlibur di Penang, di bioskop, kenalan sahabatnya, kencan kilat, hingga melalui aplikasi biro jodoh terkenal. Bagai mencari jarum ditumpukan jerami, tidak ada satupun yang masuk dalam kriterita pria idaman Gala. Dalam benaknya, Bara selalu menjadi tipikal cowok yang memiliki bobot, bibit, bebet yang sesuai dengan seleranya.
Seolah menjadi jawaban dari doa-doanya, seorang pria datang bertamu di kehidupan Gala, dan ironinya, sukses membuat hati Gala tak karuan saat di dekatnya. Gala dengan pengalaman pahitnya bersama cowok sebelumnya, mencoba lebih berhati-hati. Apa daya, pesona Aiman sama sekali tidak bisa ditolak. Walaupun terpaut usia yang cukup jauh, ia berhasil membuat Gala nyaman.
Saat hubungan Gala dan Aiman sudah naik tingkat dari pendekatan memasuki pembicaraan masa depan yang lebih serius, Gala menyadari sesuatu. Aiman belum bisa membuat komitmen untuk melingkarkan cincin di jari manisnya. Walaupun harus kecewa lagi, Gala selalu berusaha untuk tetap kuat dan merelakan adiknya menikah lebih dulu darinya.
Penggunaan bahasa yang santai dan kekinian membuat novel Ganjil Genap sangat cocok dibaca di waktu luang sebagai pengobat dampak dari rutinitas padat. Emosi yang disajikan dalam novel ini sangat bervariasi. Mulai dari kekalutan dan kesedihan Gala, asupan semangat dan bantuan dari teman-teman serta keluarnya yang kocak dan tentunya menghibur, benar-benar menjadi poin tambah dalam novel ini.
Dalam novel 344 halaman ini, terselip banyak pesan dan kutipanyang sarat akan makna. Sangat cocok untuk para jomlo yang sedang berusaha mencari pasangan. Selain itu, penyajian cerita yang diambil dari kebijakan pengaturan lalu lintas Jakarta juga memberikan pengetahuan baru tentang ibu kota Indonesia tersebut . Selamat membaca!
Anisa Luthfia Basri
Data buku
Judul: Ganjil Genap
Penulis: Almira Bastari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 344 halaman; 20cm