Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) Unhas menggelar diskusi kontemporer, bertempat di taman Fakultas Matemateika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Senin (29/1).
Kegiatan ini dihadiri oleh Muhammad Amri Murad sebagai pemateri dan Kholia Ningsih sebagai moderator. “Unjuk Rasa kok Menyusahkan Masyarakat?” diangkat sebagai tema diskusi.
Menurut Fira sebagai Sekretaris Bidang Riset dan Pengembangan HMK, tema ini diangkat karena mahasiswa berunjuk rasa biasanya untuk menyampaikan aspirasi rakyat, namun terkadang unjuk rasa malah berubah menjadi ajang yang dapat merusak fasilitas umum, menyebabkan masyarakat mempertanyakan tujuan adanya unjuk rasa tersebut
Lebih lanjut Fira menjelaskan kegiatan ini merupakan program kerja Bidang Riset dan Pengembangan HMK. Selain itu kegiatan ini dapat dijadikan wadah untuk saling berdiskusi.
“Kegiatan ini merupakan proker dan kegiatan ini juga dapat saling tukar pikiran dan berdiskusi mengenai unjuk rasa,” ujar Fira kepada identitas, Senin (29/1).
Amri sebagai pemateri menjelaskan terdapat dua pola dalam unjuk rasa yaitu pola yang mengedepankan identitas dan kelas.
“Pola yang mengedepankan identitas seperti idealisme yang sudah ditanamkan sejak awal, seperti yang melakukan unjuk rasa adalah mahasiswa, yang akan menunjukkan identitasnya tersebut seperti kelompok-kelompok. berbeda dengan pola kelas tanpa memandang kaya ataupun miskin, itu bukan kelas, namun kelas tertindas dan kelas yang ditindas dan adanya unjuk rasa karena perihal adanya kontradiksi yang belum terselesaikan”, ujarnya
Lebih lanjut amri menjelaskan unjuk rasa yang memiliki konteks berbeda-beda akan memiliki rasa yang berbeda-beda jua. Di generasi digital sekarang, pewacanaan itu selalu di hidupkan kepada media, yang menguasai media maka akan menguasai pewacanaan mengenai demo yang merusak atau sebaliknya.
Seharusnya unjuk rasa dilakukan karena adanya permasalahan dan kontradiksi yang belum terselesaikan, kata Amri.
Menurut pandangan Amri demosntarsi bukan satu-satunya jalan, masih ada jalan lain, sebagian besar mahasiswa yang melakukan itu tak menutup kemungkinan akan dicap oleh masyarakat sebagai mahasiswa tidak baik.
Amri menyampaikan demonstrasi lebih baik diarahkan pada seluruh kontradiksi yang tidak terselesaikan, karena tujuan utamanya yaitu supaya masyarakat mengetahui masih ada keresahan dan kontradiksi yang belum terselesaikan.
Lebih lanjut, Amri mengatakan tolak ukur keberhasilan unjuk rasa itu bukan seberapa terpenuhinya tuntutan atau perubahan kebijakan yang didapat, tapi sebenarnya adanya kesadaran dalam diri demonstran yang ikut maupun yang tidak ikut, karena ini semua merupakan bentuk dari penyampaian kontradiksi dan keresahan-keresahan yang belum terselesaikan.
Di akhir pembicaraan Amri mengatakan “Lebih baik mati dalam gerak daripada mati dalam diam.”
Reporter: Resky