Apa jadinya jika agenda tahunan yang menjadi rutinitas Lembaga Kemahasiswaan (Lema) serentak tidak bisa dilaksanakan karena ‘mahluk kecil tak kasat mata’? Lantas, bagaimanakah tindakan dari para Ketua Lema?
Akhir Februari 2020, wilayah kampus Unhas tampak sepi. Ribuan kendaraan yang biasanya terparkir di sejumlah area, kini berkurang drastis. Akses masuk kampus pun sempat ditutup. Hal ini berkaitan dengan kehadiran mahluk kecil yang telah menggemparkan dunia. Bagaimana tidak, mahluk yang dikenal sebagai virus corona tersebut dapat mengganggu kesehatan hingga menyebabkan kematian.
Virus corona atau yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Karena penyebaranya bisa menular dari manusia ke manusia, maka virus ini merambat cepat ke sejumlah wilayah di dunia, termaksud Indonesia. Berbagai kebijakan pun dibuat oleh pemerintah demi menekan penyebaran virus tersebut, salah satunya Work From Home (WFH) yang mewajibkan masyarakat untuk melakukan pekerjaan dari rumah.
Dampak dari peristiwa ini tentunya menghambat dan merampas gerak bebas masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tak ubahnya juga berdampak pada mahasiswa yang merujuk pada surat edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 pada satuan pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 yang mengharuskan mahasiswa melakukan kegiatan dari rumah.
Tak hanya perkuliahan, seluruh kegiatan yang bisa menyebabkan keramaian terpaksa ditunda. Peristiwa ini pun menyebabkan sepinya pengurus dan terhambatnya program kerja (Proker) dari berbagai Lema. Baik dari tingkat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fakultas dan universitas, himpunan, hingga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas dan universitas.
Seperti yang diutarakan Ketua Keluarga Mahasiswa Perikanan Budidaya Perikanan, Keluarga Mahasiswa Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas (KMP BDP KEMAPI FIKP UH), Khaikal Rahman.
Ia mengatakan, situasi pademi ini banyak kegiatan lapangan yang tidak bisa diselenggarakan. Misalnya saja, Bina Desa, Aquafest, pelatihan dasar akuakultur, dan akuakultur tawar, dan budidaya berkelanjutan. Meski demikian, Khaikal tetap optimis bersama pengurs lembaga KMP BDP KEMAPI FIKP UH untuk berusaha mengaktifkan lembaga dengan berbagai kegiatan virtual.
“Yang bisa kita lakukan secara daring kita lakukan. Memang sekarang masa pandemi tapi himpunan tetap kami usahakan hidup,” ucapnya, Kamis (11/6).
Pengakuan yang sama datang dari Ketua BEM Farmasi, Dhandy Kashar Pratama. Ia menuturkan pembinaan Namun, menurut Dhandy, ini bukan berarti mahasiswa tidak bisa berkegiatan.
“Banyak kegiatan produktif yang bisa dilakukan, seperti menjadi relawan Covid-19, open donasi bagi yang kurang mampu dalam hal ekonomi, dan selalu mengingatkan sanak saudara terutama keluarga untuk selalu menerapkan protokol kesehatan,” tuturnya.
Lebih lanjut, mahasiswa angkatan 2017 ini mengatakan, banyak cara untuk berkegiatan walaupun sangat terbatas. Seperti mengubah konsep Kemafar Care, yang awalnya melakukan pembimbingan anak-anak sekolah di suatu desa, dialihkan dengan membuka donasi bagi masyarakat yang terdampak Covid-19.
“Meskipun konsep awal Kemafar Care itu pengabdian masyarakat di sebuah desa untuk membimbing anak-anak sekolah. Namun dengan pandemi sekarang dialihkan menjadi pembukaan donasi bagi mace-mace yang tidak bisa berdagang. Karena menurut kami poin sebenarnya dari Kemafar care adalah kebermanfaatan serta pengabdian kepada masyarakat,” lanjutnya.
Cerita aktivitas Lema berikutnya berasal dari Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Search and Rescue (UKM SAR) Unhas, Fajar Bakti Tandi Datu. Pria ini bercerita bahwa di masa pandemi mempengaruhi jumlah personal yang berjaga di Posko Gorila, Pusat Kegiatan Mahasiswa Unhas. Sedangkan kegiatan utama tetap terlaksanakan, yaitu bina jasmani dan berjaga di posko untuk memantau berita operasi yang masuk.
“Sekarang ini yang tidak bisa dilaksanakan adalah penerimaan anggota baru. Tapi untuk kegiatan utama kami tetap siaga dan berjaga di posko. Kami juga terlibat sebagai relawan Covid-19 dengan membuat dan membagikan masker kain secara gratis,” kata Fajar.
Sebaga Lema tertinggi, Presiden BEM Universitas, Abd. Fatir Kasim turut berkomentar. Menurutnya, membandingkan kesehatan dengan program kerja tentu jauh berbeda. Sebagai pengurus Lema harus memikirkan alternatif lain yang mampu mencapai substansi berorganisasi, salah satunya mengalihkan proker sebelumnya ke kegiatan sosial.
“Sebagai mahasiswa, kita harus tetap jadi contoh dan peduli melihat kondisi mulai dari sektor kesehatan, perekonomian, terlebih pendidikan,” pesan Fatir.
Melihat situasi tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes turut memberikan apresiasi dan dukungan. Pria yang kerap disapa Prof Cunank ini mengatakan tetap memberikan dukungan, termasuk dukungan finansial.
“Kita sangat mengapresiasi sejumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan kemanusiaan. Kemarin, 35 UKM, beberapa himpunan dan BEM lain membuka donasi untuk masyarakat terdampak. Oleh karenanya, Bidang Kemahasiswaan tetap melakukan dukungan dalam bentuk finansial, yang peting berkaitan dengan Covid-19,” ungkap Prof Cunank.
Rupanya respon dari aksi kemahasiswaan ini juga datang dari Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuhu MA. Saat memberikan sambutan di acara wisuda daring, Selasa (23/6) lalu, dengan lantang Dwia menyampaikan rasa bangganya kepada mahasiswa yang turut adil membantu masyarakat dan tenaga medis.
“Di masa pandemi ini, saya sangat bangga kepada mahasiswa kita yang ikut menjadi relawan kemanusiaan. Kreativitas juga semakin meningkat dengan terciptanya berbagai alat dalam melakukan pencegahan virus,” tutur Dwia.
San/Wjn